Jenewa (ANTARA) - Jumlah kematian COVID-19 global bisa mencapai 2 juta sebelum vaksin ampuh digunakan secara merata atau bahkan bisa lebih tinggi angkanya jika tidak ada tindakan bersama untuk mengekang pandemi, menurut pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat.
"Jika kita tidak melakukan itu semua, (2 juta kematian) ... tidak hanya dibayangkan, tetapi sangat mungkin terjadi," kata Mike Ryan, ketua program kedaruratan badan PBB tersebut saat konferensi pers pada Jumat.
Jumlah kematian akibat COVID-19 selama sembilan bulan sejak virus ditemukan di China hampir mencapai 1 juta.
"Kita tidak keluar dari hutan mana pun, kita tidak keluar dari hutan di Afrika," kata Ryan.
Baca juga: Indonesia sumbang 0,82 persen kasus COVID-19 dunia
Menurutnya, kaum muda seharusnya tidak disalahkan dalam lonjakan infeksi baru-baru ini meski muncul kekhawatiran bahwa mereka mendorong penyebaran virus setelah pembatasan dan penguncian di seluruh dunia dilonggarkan.
Sebaliknya, pertemuan orang dengan segala usia di ruangan tertutup mendorong epidemi, katanya.
WHO masih berdiskusi dengan China mengenai kemungkinan keterlibatannya dalam skema pembiayaan COVAX, yang dibentuk untuk menjamin akses global vaksin COVID-19 secara cepat dan merata, sepekan setelah batas waktu untuk bergabung dengan skema tersebut berakhir.
Baca juga: Positif COVID-19 di Indonesia bertambah 4.823, sembuh 4.343 orang
"Kami sedang berdiskusi dengan China mengenai peran yang mungkin mereka mainkan saat kami mengalami progres," kata Bruce Aylward, penasihat senior WHO sekaligus ketua program ACT-Accelerator untuk mendukung vaksin, obat serta diagnostik melawan COVID-19.
Ia memastikan bahwa Taiwan menandatangani skema tersebut, bahkan meski pihaknya bukanlah anggota WHO, sehingga menambah total partisipan menjadi 159.
Pembicaraan dengan China juga membahas kemungkinan ekonomi terbesar kedua dunia tersebut memasok vaksin untuk skema COVAX, katanya.
WHO pada Jumat menerbitkan draf kriteria penilaian penggunaan darurat vaksin COVID-19 guna membantu mendampingi produsen obat saat uji klinis vaksin sudah dalam tahap lanjutan, kata asisten dirjen WHO, Mariangela Simao.
Sebelumnya pada Jumat pejabat kesehatan China menyebutkan WHO memberinya dukungan untuk mulai memberikan vaksin COVID-19 eksperimental kepada masyarakat bahkan saat uji klinis masih berlangsung.
Sumber: Reuters