New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lain pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena kenaikan kasus virus corona di Amerika Serikat mengurangi kepercayaan pada pemulihan ekonomi yang cepat, dan ketika AS membebankan tarif terhadap produk-produk Eropa.
Ketika jumlah kasus baru virus corona melonjak di banyak daerah di Amerika Serikat, para gubernur New York, New Jersey, dan Connecticut - yang pernah berada di pusat wabah - mengumumkan bahwa mereka akan meminta pengunjung dari negara-negara dengan tingkat infeksi COVID-19 yang tinggi untuk dikarantina pada saat kedatangan.
"Pada akhirnya, itu adalah COVID yang mengendalikan berbagai hal, dan hari ini gelasnya setengah kosong," kata Axel Merk, presiden dan kepala investasi di Merk Investments di Palo Alto, California. "Konteksnya, tentu saja, relevan karena dolar telah melemah dalam beberapa pekan terakhir, sehingga tidak perlu banyak untuk membalikkan tren itu."
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lain menguat 0,52 persen menjadi 97,141. Indeks masih turun lebih dari lima persen dari tertinggi tiga tahun di posisi 102,99 pada Maret.
Pandemi virus corona menyebabkan kerusakan yang lebih luas dan lebih dalam pada kegiatan ekonomi daripada yang diperkirakan, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Rabu (24/6/2020), mendorong lembaga untuk memangkas perkiraan output global 2020 lebih lanjut.
Kekhawatiran tentang kenaikan tarif juga membebani sentimen risiko dan mendorong permintaan akan greenback.
Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk mengubah tarif untuk berbagai produk Eropa sebagai bagian dari sengketa pesawat mitra dagang, menurut pemberitahuan oleh Kantor Perwakilan Dagang AS pada Selasa (23/6/2020).
Euro melemah 0,43 persen menjadi 1,1257 dolar. Euro telah mencapai tertinggi satu minggu di 1,1348 dolar pada Selasa (23/6/2020), setelah data menunjukkan bahwa penurunan ekonomi zona euro mereda lagi bulan ini.
Greenback naik 0,39 persen menjadi 106,93 yen Jepang. Dolar jatuh ke serendah 106,06 yen pada Selasa (23/6/2020), terlemah sejak 7 Mei.
Dolar Kanada menambah kerugian setelah Fitch menurunkan peringkat utang mata uang asing jangka panjang negara itu menjadi "AA+", memperingatkan defisit pemerintah yang membengkak yang disebabkan pengeluaran publik terkait pandemi.
Dolar AS terakhir naik 0,46 persen terhadap loonie (dolar Kanada) di 1,3607 dolar.
Dolar Selandia Baru berkinerja buruk setelah bank sentral negara itu mengatakan keseimbangan risiko ekonomi masih pada sisi negatifnya dan siap untuk menggunakan alat moneter tambahan jika diperlukan. Kiwi jatuh 1,29 persen menjadi 0,6405 dolar.