Jakarta (ANTARA) - Liga Premier mendapatkan harapan dalam menyelesaikan kompetisi musim ini setelah pemerintah Inggris menerbitkan roadmap penyelenggaraan kompetisi olahraga bisa kembali dimulai 1 Juni.
Izin kelanjutan Liga Inggris itu tercantum dalam dokumen berjudul "Our Plan to Rebuild: The UK Government's COVID-19 Recovery Strategy."
Meski sudah direstui, pertandingan tetap harus berlangsung secara tertutup dan tanpa penonton demi mencegah risiko terjadinya kontak fisik.
Perdana Menteri Boris Johnson bahkan percaya dengan kembalinya kompetisi olahraga ke layar televisi dapat menjadi hiburan sekaligus penyemangat di tengah situasi sulit seperti saat ini.
Baca juga: Pemilik Manchester City kini resmi punya sembilan klub, ini daftarnya
Sebelum melanjutkan kompetisi, pemerintah juga akan menentukan protokol yang harus disepakati terkait bagaimana klub-klub bisa menggelar latihan kelompoknya masing-masing. Pihak Liga Premier juga harus menentukan langkah terhadap para pemain yang sudah dinyatakan positif COVID-19.
"Kami sudah memiliki protokol yang sudah ditinjau, kami memiliki perusahaan penguji yang sudah ditunjuk. Tetapi konsultasi dengan para pemain dan manajer tetap yang terpenting dalam menentukan langkah berikutnya," kata CEO Liga Premier Richard Masters seperti dikutip AFP, Selasa.
"Tidak ada keputusan yang akan dibuat apabila kami belum berbicara dengan para pemain dan manajer. Pertemuan dijadwalkan dilakukan akhir pekan ini," kata dia.
Baca juga: Pemerintah Inggris sebut belum ada lampu hijau kelanjutan Liga Premier
Namun tampaknya meski pemerintah sudah memberikan lampu hijau, rencana menyelesaikan liga musim ini justru ditentang oleh beberapa klub karena beberapa alasan.
Apabila memang berkomitmen menyelesaikan musim, klub papan bawah Liga Inggris menginginkan aturan degradasi dihapuskan. Mereka menganggap tak adil jika ada klub yang terdegradasi ketika 92 laga sisa dimainkan tanpa penonton dan di tempat netral.
Enam klub yang berada di papan bawah, yaitu Brighton, West Ham, Watford, Bournemouth, Aston Villa, dan Norwich mengaku keberatan dengan rencana bermain di venue netral karena itu akan merugikan mereka yang bisa meraup keuntungan dari laga kandang tersisa.