Jakarta (ANTARA) - Hasil riset yang dilakukan oleh Indonesia Indicator (I2) menyebutkan ada 10 perempuan yang tercatat paling banyak diberitakan media daring terkait pandemi COVID-19 di Indonesia pada 1 Maret-17 April 2020.
Hasil riset Indonesia Indicator (I2) berjudul "Perempuan Terpegah dan Tervokal di Tengah Pandemi COVID-19" dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa, mencatat, sepanjang 1 Maret-17 April 2020, ada 912.315 berita tentang pandemi COVID-19 yang ditulis 2.479 media daring Indonesia.
Baca juga: Perempuan-perempuan hebat di kaki lima pasar tradisional
Data itu dianalisis secara real time menggunakan sistem Intelligence Media Management (IMM) yang berbasis Artificial Intelligence. Banyaknya pemberitaan mengenai perkembangan COVID-19, menunjukkan bagaimana isu ini beredar sangat luas di kalangan masyarakat.
Baca juga: Psikolog: Kaum perempuan tetap memberikan pengabdian terbaik pada Hari Kartini
Direktur Komunikasi I2, Rustika Herlambang, mengatakan, I2 menggunakan istilah terpegah atau termasyhur untuk 10 perempuan itu.
"Terpegah punya makna yang lebih netral ketimbang istilah populer yang berarti terkenal dan disukai," kata Rustika dalam keterangan tertulisnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menduduki posisi pertama perempuan terpegah dengan 5.536 berita.
Menurut Rustika, media banyak memberitakan peran Khofifah dalam menangani pandemi COVID-19 di Jawa Timur.
"Sebagai gubernur, Khofifah aktif bersinergi dengan pemerintah pusat untuk menangani pandemi COVID-19," ujar Rustika.
Khofifah juga tak bosan mengimbau warga untuk menerapkan physical distancing dan terus memastikan ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis di Jawa Timur.
Posisi kedua diisi Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan 4.279 berita. Rustika mengatakan, pemberitaan tentang Sri Mulyani berhubungan dengan kebijakan ekonomi untuk mengantisipasi dampak pandemi COVID-19 di Indonesia.
"Salah satunya pencairan anggaran bantuan sosial Program Keluarga Harapan senilai Rp 16,4 triliun untuk membantu warga yang terdampak pandemi COVID-19," ucap Rustika.
Di posisi ketiga, ada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan 1.774 berita. Menurut dia, pemberitaan tentang Retno berkaitan dengan kemitraan Indonesia dengan sejumlah negara untuk menjamin keamanan lalu lintas manusia antarnegara serta rantai pasokan alat kesehatan.
"Retno dan kementerian yang dipimpinnya juga terus memantau kesehatan WNI di luar negeri," katanya.
Adapun Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menempati posisi keempat (1.678 berita). Sementara posisi kelima diisi Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati (1.585 berita).
Bupati Bogor Ade Yasin ada di posisi keenam dengan 1.428 berita, disusul Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah (1.244 berita), jurnalis Najwa Shihab (1.220 berita), dan Ketua DPR Puan Maharani (1.046 berita). Seluruh nama-nama ini menjadi sosok yang paling banyak ditunjuk terkait dengan kinerjanya dan aktivitasnya khususnya pada isu pandemik.
Sementara itu, Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana (1.045 berita), menjadi figur nomor 10 yang paling banyak diberitakan media.
Cellica diberitakan media karena menjadi salah satu bupati perempuan pertama yang dinyatakan positif Corona.
Dalam konteks perempuan terpegah, kata Rustika, posisi figur perempuan itu adalah sebagai objek. "Artinya, figur yang dirujuk oleh media," ujarnya.
Perempuan tervokal
Hasil riset Indonesia Indicator (I2) juga mencatat 10 perempuan tervokal dalam pemberitaan mengenai pandemi COVID-19 di Indonesia pada 1 Maret-17 April 2020.
I2 menggunakan kata tervokal atau paling banyak bersuara untuk menerjemahkan kata "influencer".
"Perempuan tervokal dipilih karena pernyataannya paling banyak dikutip media," kata Rustika.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ada di peringkat pertama dalam daftar perempuan tervokal dengan 14.554 pernyataan.
Media banyak mengikuti jejak gubernur perempuan ini dalam penanganan COVID-19 di daerahnya, mulai dari aktivitasnya secara langsung ke lapangan, memberikan semangat kepada tim, PSBB, penyebaran pandemic di Jatim, serta imbauan physical distancing.
"Media melihat dan memberi framing positif pada berbagai kebijakan dan aktivitasnya dalam menangani pandemik, selain pro aktif terhadap berbagai hal, perbedaan pandangan antar wilayah dan gubernur juga relative teredam," jelasnya.
Posisi kedua diisi Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan 11.723 pernyataan. Menurut Rustika, media banyak mengutip komentar Sri Mulyani mengenai kebijakan ekonomi untuk mengantisipasi dampak pandemi COVID-19 di Indonesia.
Sementara posisi ketiga diisi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dengan 2.831 pernyataan.
"Kreativitas Risma dalam penanganan pandemic COVID-19, kecepatan dalam menangani isu, membuat banyak pernyataan Risma yang dikutip oleh media," ucapnya.
Ketua DPR Puan Maharani dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ada di posisi posisi keempat dan kelima, masing-masing 2.535 dan 2.510 pernyataan.
Sementara Ketua Tim Penanganan COVID-19 Rumah Sakit Persahabatan, Erlina Burhan, ada di posisi keenam dengan 2.469 pernyataan. Berikutnya ada Bupati Bogor Ade Yasin (2.246 pernyataan); Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Lampung, Reihana (2.046 pernyataan); Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Widyastuti (1.975 pernyataan); dan Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati (1.817 pernyataan).
Menurut Rustika, hasil riset I2 menunjukkan bahwa dua besar posisi perempuan terpegah dan tervokal terkait pemberitaan mengenai pandemi COVID-19 diisi dua nama yang sama, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Sri Mulyani.
Jumlah berita dan pernyataan keduanya yang ditulis media terlihat berbeda jauh dari perolehan tokoh perempuan lain.
"Khofifah dan Sri Mulyani menjadi tokoh perempuan paling populer dalam pemberitaan media online tentang pandemi COVID-19 di Indonesia," kata Rustika.