Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan pada Sabtu (18/4) bahwa China harus menghadapi konsekuensi kalau "sebetulnya bertanggung jawab" atas pandemi virus corona.
"Kalau itu memang kesalahan, ya itu kesalahan. Tapi kalau mereka secara sadar bertanggung jawab, ya menurut saya harus ada konsekuensi," kata Trump kepada para wartawan pada konferensi pers harian.
Baca juga: Pasien sembuh semakin bertambah dan total 6.575 positif COVID-19
Baca juga: Dua warga berstatus PDP COVID-19 meninggal di Medan
Ia tidak memberikan keterangan rinci soal tindakan apa saja yang mungkin akan diambil Amerika Serikat.
Trump dan beberapa pembantu senior telah mengeluarkan kritik tajam terhadap China, yang dianggap tidak transparan setelah virus corona muncul di Kota Wuhan, China.
Pekan ini, Trump menghentikan bantuan bagi Organisasi Kesehatan Dunia yang ia anggap "berpihak pada China."
Washington dan Beijing, dua ekonomi terbesar di dunia, telah secara terbuka berdebat soal virus tersebut.
Trump pada awalnya memuji langkah China dalam menangani wabah corona tapi ia dan beberapa pejabat tinggi AS juga menyebut wabah tersebut sebagai "virus China" dan dalam beberapa hari belakangan meningkatkan retorika mereka.
Trump mengatakan hubungan AS-China berjalan dengan baik "sampai kemudian mereka melakukan ini". Ia mengacu pernyataannya itu pada kesepakatan sektor pertanian tahap pertama, yang dicapai baru-baru ini dengan tujuan untuk memadamkan perang dagang antara kedua negara.
Menurut Trump, pertanyaannya sekarang adalah yang terjadi dengan virus corona itu apakah "kesalahan yang tak bisa dihindari, atau dilakukan secara sengaja?"
"Ada perbedaan besar antara kedua hal itu," katanya.
Trump juga mempertanyakan masalah terkait sebuah laboratorium virologi di Wuhan.
Fox News pekan ini melaporkan bahwa laboratorium itu kemungkinan telah mengembangkan virus corona sebagai bagian dari upaya China untuk menunjukkan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan memerangi virus tersebut.
Trump mengatakan pemerintahannya sedang berupaya memastikan apakah virus itu muncul dari sebuah laboratorium milik China.
Selain itu, Trump meragukan catatan kematian di China akibat penyakit virus corona baru COVID-19, yang angkanya kemudian pada Jumat (17/4) direvisi.
China mengatakan sebanyak 1.300 orang yang meninggal karena COVID-19 di Kota Wuhan adalah jumlah yang tidak terhitung. Angka tersebut merupakan setengah dari jumlah keseluruhan.
Namun, China membantah tuduhan bahwa pihaknya menutup-nutupi angka.
Sumber: Reuters