Jakarta (ANTARA) - Mengurangi asupan daging dan mengikuti pola makan nabati dapat menurunkan risiko penyakit jantung, menurut penelitian dalam Journal of American College of Cardiology.
Para peneliti, seperti dilansir Indian Express, mengatakan, cara ini meminimalkan efek buruk mikroba di usus yang terkait dengan penyakit jantung.
Saluran pencernaan manusia menampung komunitas bakteri atau disebut mikrobiota usus yang memainkan peran penting dalam metabolisme, penyerapan nutrisi, tingkat energi dan respons kekebalan tubuh.
Baca juga: Bolehkah pasien gangguan irama jantung minum kafein?, ini kata dokter
Saat Anda mengonsumsi daging merah, ada salah satu bahan kimia alami yang diproduksi bakteri usus ketika mereka mencernanya, yakni trimethylamine N-oxide (TMAO) yang telah berhubungan dengan peningkatan risiko serangan jantung.
Menurut peneliti, konsumsi makanan nabati bisa mengurangi jumlah TMAO yang diproduksi dalam tubuh.
Baca juga: Hamil di atas 40 tahun, anak lahir rentan berpenyakit jantung bawaan
Untuk sampai pada kesimpulan itu, para peneliti memeriksa 760 wanita yang berpartisipasi dalam Nurses 'Health Study - studi kohort terhadap perawat wanita berusia 30 - 55 tahun.
Peserta studi diminta melaporkan data tentang pola diet, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, ditambah data demografis lainnya. Mereka juga diminta memberikan dua sampel darah (yang kedua setelah 10 tahun).
Para peneliti lalu mengukur konsentrasi TMAO dalam komponen cairan darah, plasma, dari pengumpulan pertama hingga pengumpulan darah kedua.
Hasilnya, wanita dengan peningkatan kadar TMAO terbesar di seluruh studi memiliki risiko 67 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner (PJK).
Setiap peningkatan TMAO berhubungan dengan peningkatan 23 persen risiko PJK.
"Diet adalah salah satu faktor risiko paling penting yang dapat dimodifikasi untuk mengendalikan kadar TMAO dalam tubuh," kata Lu Qi, rekan penulis studi dari Tulane University.
Menurut para peneliti, berdasarkan temuan ini, penurunan kadar TMAO dapat berkontribusi untuk mengurangi risiko PJK. Selain itu, usus-mikrobioma mungkin bisa menjadi area baru untuk diteliti dalam rangka pencegahan penyakit jantung.