Binjai (ANTARA) - Idiologi merupakan sumbu kehidupan partai politik dimana tidak ada satupun parpol di dunia ini dapat eksis tanpa idiologi.
Hal itu disampaikan Managing Director Political And Economic Consulting Institute of Indonesia (PECI) Syahrial Nasution MM, di Binjai, Kamis.
Ideologi lahir ke muka bumi ini sejak adanya keyakinan terhadap agama bagi ummat manusia maka sejak itulah ideologi bersemai dalam sanubari manusia tersebut.
Baca juga: Polres Langkat tangkap warga Tanjung Pura pemilik sabu-sabu dan ganja
"Karena itulah manusia hidup harus memiliki ideologi, dalam bahasa agamanya (Agama Islam : Aqidah ) yakni keyakinan terhadap sang pencipta," katanya.
Jadi ideologi adalah sistim pemikiran abstrak yang diterapkan pada masalah publik, sehingga pembuat konsep ini menjadi intisari politik seperti yang diperkenalkan Antonie Destutt de Tracy pada abad ke 18 (1754 -1836).
Baca juga: Polisi Hinai terus berupaya mengungkap kasus penjambretan di Jalinsum
Sehingga arti ideologi dapat di definisikan sebagai seperangkat ide yang membentuk keyakinan dan faham (isme) untuk mewujudkan cita-cita manusia.
Nasution mengungkapkan secara ekstrim, seseorang bahkan mau "Rela Berkorban" nyawa demi mempertahankan idiologi yang diyakininya.
Dimana istilah ideologi sangat erat hubungannya dengan berbagai bidang kehidupan manusia diantara nya Politik (Pertahanan, Keamanan, Hukum), Sosial, Kebudayaan dan Agama.
Sebuah Parpol adalah organisasi politik yang meyakini Ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan umum yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita cita yang sama.
Dengan kata lain ideologi merupakan jantung sentral, magnet electoral partai , branding partai dan sumbu utama untuk mempersatukan cita cita.
Ideologi merupakan faktor yang menggerakkan “Sumbu Utama Partai”. Jika berbicara di Indonesia tentang ideologi parpol, spektrum idiologinya semakin ketengah, karena ketika mereka para politisi berdebat di parlemen, basis pertarungan politik mereka bukan lagi “Alasan Ideologi”, tetapi melainkan kepentingan fragmatis dan transaksional (Politik Kartel ) yang dikedepankan.
Padahal jika Ideologi yang di perdebatkan bagi sebuah parpol masyarakat akan tahu bahwa platfrom partai tersebut yang juga akan meningkatkan kualitas demokrasi itu sendiri.
Seperti banyak parpol pasca Kemerdekaan melahirkan tokoh-tokoh yang memiliki Ideologi besar seperti SUHATSYAH (Bung Karno, Hatta dan Sutan Syahrir), katanya.