Aekkanopan (ANTARA) - Banjir bandang yang melanda Desa Pematang Kecamatan Na IX-X, KabupatenbLabuhanbatu Utara masih menyisakan trauma bagi warga. Apalagi di penghujung tahun ini, curah hujan masih relatif tinggi intensitasnya.
Demikian antara lain diutarakan anggota DPRD Labuhanbatu H Syahrul Efendi Munthe yang mengunjungi lokasi banjir di Desa Hatapang, Minggu (29/12).
"Masyarakat masih merasa trauma atas kejadian pada Sabtu (28/12) malam itu," katanya.
Baca juga: Sejumlah rumah dan infrastruktur rusak, Bupati Labura tinjau lokasi banjir bandang
Baca juga: Banjir bandang di Labura diduga karena penebangan hutan
Pria yang akrab disapa Aung Munthe itu menambahkan, trauma masyarakat akan musibah ini akan berkepanjangan jika aktivitas penebangan hutan di Bukit Barisan yang berada di hulu desa mereka terus berlanjut.
Karena itulah, pria yang juga merupakan Bendahara DPC PDI Perjuangan Labura itu meminta pihak berwenang agar dapat meninjau ulang izin perusahaan yang beraktivitas di hulu desa tersebut.
"Kita berharap Pemkab Labura sesuai dengan kewenangannya agar memberi perhatian serius terhadap masalah ini," pintanya.
Sementara itu dikabarkan lima warga masih belum jelas keberadaannya pascabanjir bandang yang melanda Desa Pematang dan Hatapang. Mereka terdiri dari ayah, ibu dan tiga anaknya.
Terkait informasi warga yang hilang ini, Kadis Kominfo Labura Drs Sugeng mengakui belum ada kejelasan. "Belum jelas itu kabarnya. Itu kata kades," ujar Kadis Kominfo terkait kabar yang beredar tersebut melalui pesan WhatsApp.
Lima warga belum jelas keberadaannya pascabanjir bandang di Labura
Minggu, 29 Desember 2019 18:06 WIB 1416