New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari satu dolar AS per barel pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak mentah global dan terbatasnya kemajuan penyelesaian sengketa perdagangan AS-China yang telah mengaburkan prospek permintaan minyak.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari jatuh 1,53 dolar AS atau 2,5 persen menjadi ditutup pada 60,91 dolar AS per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember merosot 1,84 dolar AS atau 3,2 persen menjadi menetap di 55,21 dolar AS per barel.
Brent telah menguat sekitar 15 persen tahun ini, didukung oleh pakta oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia -- kelompok yang dikenal sebagai OPEC + -- untuk memangkas produksi minyak gabungan sebesar 1,2 juta barel per hari mulai 1 Januari.
Rusia tampaknya tidak akan setuju untuk memperdalam pemotongan produksi minyak pada pertemuan dengan sesama eksportir bulan depan, tetapi dapat berkomitmen untuk memperpanjang pembatasan yang ada untuk mendukung Arab Saudi, tiga sumber mengatakan.
OPEC dan sekutunya akan mempertimbangkan apakah akan memperdalam pemotongan pasokan minyak mentah ketika mereka bertemu berikutnya pada Desember karena kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan yang lemah pada 2020, sumber dari klub produsen minyak mengatakan.
“Kami memperkirakan pembicaraan tidak nyaman pada Desember. Rusia tidak akan secara kategoris setuju untuk (memperdalam) pemotongan di musim dingin," kata sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Berita tentang sikap Rusia mengirim harga minyak lebih rendah karena investor khawatir tentang potensi kelebihan pasokan. Tetapi Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, mengesampingkan kekhawatiran pasokan.
"Kami akan menegaskan kembali bahwa harga minyak Brent pada atau di bawah tanda 60 dolar AS akan meningkatkan kemungkinan pengurangan tambahan dalam produksi dari pembicaraan OPEC mendatang yang mampu menghapus apa yang tampaknya menjadi surplus pasokan moderat," kata Ritterbusch.
Lebih lanjut membebani harga, sumber pemerintah China seperti dikutip oleh CNBC pada Senin (18/11/2019) mengatakan ada kesuraman di Beijing tentang prospek kesepakatan perdagangan. Perselisihan jangka panjang telah memukul prospek pertumbuhan ekonomi.
"Laporan yang kurang menjanjikan yang datang dari China tentang perang dagang mungkin telah mengambil sebagian energi keluar dari reli," kata Craig Erlam, analis di pialang OANDA.
"Kami tentu saja melihat lebih sedikit momentum dalam reli baru-baru ini."
Minyak juga terpukul oleh kenaikan yang lebih besar dari perkiraan dalam produksi minyak Norwegia dan prospek peningkatan lebih lanjut dalam persediaan minyak mentah AS, menunjukkan pasokan yang cukup.
Produksi Norwegia naik pada Oktober mengalahkan perkiraan resmi karena produksi dari ladang Johan Sverdrup mulai lebih cepat dari jadwal. Ini adalah ladang terbesar yang mulai beroperasi di Laut Utara - rumah kontrak Brent - selama bertahun-tahun.
Harga minyak memperpanjang kerugian dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah data industri menunjukkan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS. Persediaan minyak mentah naik 6,0 juta barel dalam minggu ini hingga 15 November menjadi 445,9 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan pada Selasa (19/11/2019).
Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Harga minyak mendapat dukungan dari ketegangan di Timur Tengah, tempat bagi eksportir utama Arab Saudi dan anggota inti OPEC lainnya. Para pengunjuk rasa di Irak memblokir pelabuhan komoditas pada Selasa (19/11/2019).
Baca juga: Emas naik untuk hari kedua berturut-turut karena penurunan ekuitas AS
Minyak jatuh ditengah kecemasan kelebihan pasokan, pembicaraan perdagangan, minyak jatuh
Rabu, 20 November 2019 7:24 WIB 487