Berdasarkan keterangan seorang nelayan bernama Ishak, hampir dua pekan ini penjualannya menurun. Masyarakat enggan membeli ikan lantaran berasal dari Danau Siombak.
"Orang pada nanya ikannya darimana. Kalau mereka tahu ikan dari Danau Siombak, pasti langsung enggak mau beli," katanya kepada ANTARA, Selasa (12/11).
Ia berharap, setelah dilakukan penguburan ratusan bangkai babi yang mengapung di Danau Siombak, penjualan ikan dapat kembali normal seperti biasanya.
Baca juga: Ratusan bangkai babi dikubur di tepi Danau Siombak
Baca juga: TNI-Polri sisir Sungai Belawan antisipasi pembuangan bangkai babi
Baca juga: Ratusan bangkai babi dikubur di tepi Danau Siombak
Baca juga: TNI-Polri sisir Sungai Belawan antisipasi pembuangan bangkai babi
"Semoga aja setelah dikubur ini bisa kayak dulu lagi penjualan kami. Janganlah sampai ada yang buang bangkai babi lagi, enggak dipikirkan orang itu nelayan di sini," ujarnya.
Selain Ishak, ada juga Rudi. Rudi mengaku pendapatan dari hasil penjualan ikannya turun hampir 50 persen.
"Kalau dulu sebelum ada bangkai babi ini laris kali lah. Pembeli-pembeli ini malah suka kalau ikan dari danau ini," ujarnya.
Baca juga: 351 ekor bangkai babi di Danau Siombak dikubur massal
Baca juga: Kolera babi merebak, kandang babi di Karo disemprot disinfektan
Baca juga: 351 ekor bangkai babi di Danau Siombak dikubur massal
Baca juga: Kolera babi merebak, kandang babi di Karo disemprot disinfektan
Diberitakan sebelumnya, kasus kematian babi akibat virus Hog Cholera atau kolera babi di Provinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 5.800 ekor babi yang mati.
Sebanyak 11 kabupaten/kota yang terkena wabah virus itu yaitu Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir.
Untuk di Danau Siombak, sebanyak 351 ekor bangkai babi yang ditemukan dan telah dikubur massal.