Jakarta (ANTARA) - Setelah tiga tahun berselang peristiwa Transit Merkurius melintasi piringan Matahari dan sejajar dengan Bumi yang dikenal dengan sebutan Transit Merkurius akan terjadi lagi pada 11 November sekitar pukul 19.00 WIB atau 07:00 am EST.
Ilmuwan NASA Alex Young dalam laman Instagram resmi NASA Goddard seperti dikutip ANTARA, Senin, menjelaskan betapa mereka bersemangat karena pada 11 November terjadi lagi Transit Merkurius yang termasuk langka karena hanya terjadi sekitar 13 hingga 14 kali dalam satu abad.
"Jadi ini lumayan jarang terjadi, dan cukup menarik bagi astronomi," ujar dia.
Ilmuwan Young menjelaskan, transit merupakan peristiwa jika sebuah planet bergerak di depan bintang yang diorbitinya.
Transit yang akan terjadi nanti akan memperlihatkan pergerakan Merkurius selama 45 menit dengan latar belakang korona Matahari akan dapat dilihat mulai sekitar pukul 19.00 WIB (1200 UTC), sebelum akhirnya terlihat melintas di depan Matahari.
Transit akan terjadi setidaknya selama 5,5 jam, berakhir pada saat planet tersebut meninggalkan piringan Matahari sekitar 1806 UTC, berlanjut bergerak keluar melalui korona sekitar 30 menit.
Penduduk Bumi akan dapat melihat planet terdekat dengan Matahari tersebut saat transit terjadi, meski hanya tampak seperti noktah sangat kecil. Dan pada transit di bulan November ini Merkurius sedang berada di perihelion atau titik terdekat dengan Matahari dan menanjak dari selatan ke utara.
Walaupun Merkurius mampu mengorbit Matahari setiap 88 hari namun peristiwa transit ini menjadi penting karena tidak setiap saat dapat dilihat, mengingat orbitnya tidak selalu sejajar dengan Bumi.
Transit Merkurius sebelumnya terjadi pada 8 November 2006 dan 9 Mei 2016. Meski tergolong peristiwa langka, namun transit planet terdekat dengan Matahari ini lebih sering terjadi ketimbang Transit Venus yang terjadi hanya sekitar dua kali dalam satu abad.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Rhorom Priyatikanto kepada ANTARA mengatakan Transit Merkurius ini menjadi ajang pembuktian teori, ajang untuk pengukuran berketelitian tinggi, ajang untuk kalibrasi besaran yang pernah ditentukan sebelumnya.
Salah satunya, menurut dia, untuk menghitung jarak Bumi ke Matahari.