Jakarta (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengupayakan pelaksanaan program lumbung pangan wakaf dan lumbung ternak wakaf untuk pesantren guna mencukupi kebutuhan pangan para santri sehingga mereka juga mandiri.
"Total pesantren di Indonesia ada sekitar 28 ribu dan 80 persen diantaranya masih butuh bantuan karena keterbatasan ekonomi," kata Direktur Program ACT Wahyu Novian dalam acara peluncuran Beras untuk Santri (BERISI) dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional yang diadakan di kantor ACT Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan lumbung pangan wakaf dan lumbung ternak wakaf saat ini masih berbentuk komunal.
Kedua program tersebut pertama kali diimplementasikan di Blora dan Tasikmalaya. Program tersebut direncanakan akan juga dilaksanakan di Purwakarta dan Sumbawa.
Kemudian dalam rangka mendorong kemandirian bagi santri, kedua program tersebut juga tengah disiapkan kemungkinan di 100 pesantren pertama yang mendapatkan program bantuan beras untuk santri (BERISI).
"Jadi prototypenya sedang kita siapkan. Kita rencana dengan tim untuk mereplika ini di semua pesantren," katanya.
Program lumbung pangan wakaf, lanjut Wahyu dilakukan dengan memanfaat lahan pertanian untuk ditanami padi.
Dana yang digunakan adalah dana wakaf dan lahannya dapat menggunakan lahan masyarakat atau lahan wakaf yang dapat dikelola petani lokal sebagai sumber mata pencaharian mereka.
"Lumbung pangan ini tanahnya punya masyarakat. Kita bantu untuk biaya produksi padi hingga pengelolaannya," ujarnya.
Dalam penerapan program tersebut di dalam pesantren, ACT akan memanfaatkan lahan kosong milik pesantren yang sering tidak dimanfaatkan.
Program lumbung pangan wakaf diupayakan untuk menunjang program bantuan beras untuk santri sehingga pada akhirnya pesantren memiliki suplai sendiri untuk kebutuhan beras mereka.
Sementara itu, program ternak wakaf juga diupayakan diterapkan di pesantren untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sehingga mandiri dan juga diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar.