Jakarta (ANTARA) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyebut musim dingin di Gaza, Palestina dan Suriah membuat warga yang kekurangan membutuhkan bantuan kemanusiaan.
"Musim dingin segera datang sementara sebagian besar keluarga di Gaza dan Suriah masih harus berjuang menghadapi musim dingin dalam keadaan serba kekurangan," kata anggota tim Global Humanity Response (GHR) ACT, Firdaus Guritno, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan anak-anak di Gaza dan Suriah banyak yang belum memiliki jaket, selimut dan baju hangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari di musim dingin.
Warga Suriah, kata dia, juga harus menghadapi musim dingin tanpa tempat tinggal yang layak, tanpa pemanas ruangan, bahkan tanpa kesediaan bahan makanan.
Iman, seorang ibu dari Aleppo, harus kehilangan dua orang buah hatinya saat musim dingin datang. Bayi Iman meninggal dunia karena kedinginan. Saat itu, Iman sedang berusaha memberikan susu hangat tapi cuaca dingin lebih dulu merenggutnya.
Beberapa minggu kemudian, anak perempuannya juga meninggal dunia. Kelaparan membuat anak perempuan Iman tidak dapat melawan sakit yang dialami.
"Ketika temperatur turun drastis, gubuk mereka yang sudah rapuh pun rusak karena badai salju dan suhu di bawah titik beku. Basah dan kedinginan tanpa baju hangat. Anak-anak Iman harus berhadapan dengan musim dingin yang mematikan dalam suhu yang tidak dapat diprediksi," kata Firdaus.
Di Idlib, Suriah, Firdaus mengatakan dari jutaan pengungsi banyak yang membutuhkan bahan bakar, selimut dan baju hangat. Di musim dingin pengungsi masih sangat banyak yang tinggal di tenda-tenda.
Sementara warga Gaza, kata dia, banyak yang tinggal di rumah rusak dan tidak dapat melindungi penghuninya dari dingin dan hujan.
Musim dingin bukan hanya menjadi momok bagi sejumlah keluarga, tetapi juga berdampak bagi dunia pendidikan. Direktur Tanggap Darurat Kementerian Pendidikan Palestina Hatem Gaith mengatakan pemerintah berharap sejumlah pihak membantu perbaikan fasilitas sekolah seperti jendela- jendela tanpa kaca untuk menghadapi musim dingin nanti.
Menurut Hatem, paling tidak 113 sekolah di Gaza membutuhkan perbaikan jendela. "Setiap musim hujan sekolah-sekolah tersebut terendam banjir selama musim dingin. Butuh energi solar untuk menerangi ruang kelas," katanya.