Langkat (ANTARA) - Harga jual tandan buah segar (TBS) kepala sawit di Kabupaten Langkat, kini kian anjlok akibatnya petani di daerah itu kian terpuruk karena lahan mereka tidak lagi bisa terawat untuk menghasilkan buah yang baik.
Hal itu disampaikan salah seorang petani dari Bahorok Lompoh Pinem warga Dusun Tanjung Naman Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, di Bahorok, Jumat.
"Kalau sebelumnya harga TBS sawit mencapai Rp 1.000 per kilogram, kini terus turun menjadi Rp 890 per kilogram," katanya.
"Jelas hasil panen TBS ini tidak lagi bisa menghidupi keluarga karena minimnya pendapatan dari sini," sambungnya.
Pengeluaran sementara ini terus semakin tinggi diantaranya diantaranya diperuntukkan jasa upah pemanen mencapai Rp 250-Rp 300 per kilogram, itupun tergantung jarak lahan ke tempat pengumpulan hasil, atau lokasi transaksi, ujarnya.
Kondisi ini tentu sangat mempengaruhi tanaman kelapa sawit sehingga tanaman tidak terawat, tentu akan berdampak terhadap perkembangan (sirkulasi) sehingga tanaman tidak mendapatkan perawatan maksimal.
Baca juga: Gapki Sumut nilai penghentian ekspor sawit ke Eropa perlu dilakukan
Baca juga: Indonesia-Malaysia sampaikan keberatan soal sawit ke Uni Eropa
"Kini petani kelapa sawit dikawasan itu hanya mampu untuk bertahan hidup saja, tanpa lagi bisa berkembang, diakibatkan itu semuanya termasuk tinggi harga pupuk, racun (gulma) yang hingga kini tidak pernah mengalami penurunan," ungkapnya.
Sementara Hardi Kembaren salah seorang agen pengumpul yang ditemui mengungkapkan menyangkut dengan harga tandan buah segar keapa sawit yang terus menurun, ini berdasarkan ketentuan harga beli dilapangan dan juga berdasarkan ketetapan nilai jual di pabrik kelapa sawit.
"Pihaknya belum mengetahui harga ini sampai kapan terus menurun seperti ini, kita berharap akan akan kembali normal seperti sebelumnya," ujarnya.
Harga TBS kelapa sawit di Langkat anjlok, petani kian terpuruk
Jumat, 17 Mei 2019 7:22 WIB 7130