Medan (ANTARA) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut) memprediksi harga ekspor karet terus menguat sebagai dampak pasokan yang ketat.
Baca juga: Sumut hanya boleh ekspor 39.938 ton karet selama April 2019
Baca juga: Secara bertahap, Indonesia mulai kurangi ekspor karet 98.160 ton
"Pembeli di luar negeri sudah khawatir dengan pasokan karet yang semakin ketat karena stok di tangan 'buyer' juga diduga sedikit," ujar Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Sabtu.
Edy menyebutkan, produksi karet di negara produsen utama yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand sedang ketat.
Produksi ketat karena sedang terjadi musim kemarau sehingga ada gugur daun.
Di Thailand, saat musim gugur daun memasuki fase daun muda, maka para petani sebagian libur menderes.
Libur menderes biasanya bisa hingga dua sampai tiga pekan.
Pasokan karet dari Thailand semakin ketat karena sebelumnya saat libur tahun baru Thailand atau Songkran Holiday 13-15 April, petani juga tidak menderes.
"Produksi di Indonesia juga semakin ketat karena di sejumlah sentra produsen juga sedang dilanda kemarau," katanya.
Di Sumbagut (Sumatera bagian Utara) misalnya, ujar Edy, saat ini sedang mengalami puncak penurunan produksi dan berlangsung hingga akhir April.
"Pasokan semakin ketat karena negara produsen juga sedang menjalankan skema 'pemangkasan' ekspor," ujarnya.
Edy menyebutkan, ada prediksi harga bisa di kisaran 1,6 dolar AS per kilogram setelah 12 April ditutup 1,55 dolar AS untuk kontrak Bulan Mei
Namun, katanya, meski harga terus naik, harga ekspor karet itu masih di bawah harga kekinian yang 1,89 dolar AS per kg.