Medan (Antaranews Sumut) - Menimba ilmu merupakan suatu hal yang mulia. Tak kenal waktu maupun tempat. Begitu juga dengan latar belakang sekolahnya, belajar di Madrasah maupun sekolah umum tidak ada bedanya.
Bahkan anak (siswa-red) Madrasah mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi apapun.
"Buktinya saya anak Madrasah, sekarang ini bisa menjadi pejabat tinggi negara, tidak ada bedanya kan, " kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dedi Iskandar Batubara di hadapan siswa dan guru Madrasah Tsanawiyah Ex PGA Universitas Al Washliyah Medan, pada acara Wisuda Khatam Al Qur'an ke 28, Senin (30/4).
Senator muda Sumatera Utara ini memotivasi 120 an siswa-siswi yang saat itu melaksanakan wisuda Khatam Al Qur'an untuk menjadi yang generasi terbaik bagi agama, bangsa, orangtua dan sekolah.
"Menuntut ilmu jangan pernah berhenti. Sebagai anak Madrasah tentu saya merasa senang, merasa bahagia dan bangga. Karena ilmu yang kita peroleh belum tentu dapat di sekolah umum, " tegas Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (PP IGDA) ini.
Dedi yang telah meraih gelar doktor, sarjana Sosial, sarjana Hukum dan Master Science of Planing ini menyebutkan di usianya yang saat ini 39 tahun, dia juga telah mengenyam pendidikan selama 39 tahun. Sekolah Dasar 6 tahun, Ibtidaiyah 6 tahun, Tsanawiyah 3 tahun, Aliyah 3 tahun, S1 9 tahun, S1 5 tahun, S2 2 tahun dan S3 selama 5 tahun. "Saya anak Madrasah dan dibesarkan di Madrasah. Di DPD, saya dikenal sebagai pembaca doa, asal sidang paripurna saya selalu diamanahkan pembaca doa, tapi saya bangga," ungkap Dedi yang juga mantan Sekretaris KNPI Sumut.
Ketua Umum Pengurus Pusat Masyarakat Penggiat Anti Narkoba Republik Indonesia (MAPAN RI) mengingatkan jangan pernah bermimpi untuk tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
"Maka itu dimulai dari sekarang tanamkan cita-cita mu untuk menjadi apa kedepannya. Dan mulai hari ini selesaikan tujuan dan cita - cita itu. Lanjutkan dengan proses perjuangan yang akan datang," serunya seraya menyarankan tamat Tsanawiyah lanjutkan ke Aliyah dan jenjang perguruan tinggi S1, S2 dan S3.
Dedi juga mengatakan belajar di sekolah merupakan pendidikan formalitas. Sedangkan implementasinya ada di lingkungan rumah. "Tugas sekolah tidak mungkin sampai ke rumah. Bapak dan ibu lah yang mengontrol anak-anak agar terbiasa kembali dengan rutinitas membaca Al Qur'an," katanya.
Kendati demikian, Sekretaris PB Al Jam'iyatul Washliyah ini mengucapkan terima kasih kepada Guru guru yang menurutnya orang yang paling berjasa dalam proses siswa untuk membaca serta mengkhantam Al Qur'an dengan baik. "Mudah-mudahan Al Qur'an menjadi Nur bagi kita semua dan pemberi Syafaat bagi kita kelak di kemudian hari," ujarnya.
Siswa madrasah dan umum tidak ada bedanya
Selasa, 1 Mei 2018 15:42 WIB 2793