Kehadiran mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Medan di Tapanuli Selatan cukup membawa dampak positif bagi masyarakat petani daerah tersebut.
Nurliana Harahap, SP, Msi selaku LO dan penanggung upaya khusus (Upsus) Kabupaten Tapanuli Selatan juga Wakil Ketua 3 Bidang Kemahasiswaan STPP Medan meyampaikan hal tersebut kepada Antara di Sipirok, kemarin.
Dikatakannya, rentang waktu 3 bulan mulai 15 Mei - 15 Juli 2016, sebanyak 23 mahasiswa STPP Medan yang ditempatkan (disebar) di Tapanuli Selatan sudah memberi inovasi baru demi peningkatan sumberdaya petani.
“Inovasi bernilai tambah ekonomi masyarakat petani seperti pembuatan nata de coco dari limbah air kelapa, dan pembuatan pupuk bokashi dan lainnya,†katanya.
Produksi nata de coco yang dikemas apik sekarang sudah mengisi kantin-kantin sejumlah sekolah daerah tersebut dengan harga terjangkau seribuan rupiah untuk melepas haus dan dahaga.
Kemudian, pupuk bokashi, yang secara teknologi permentasi sampah-sampah dijadikan kompos juga menambah nilai plus ekonomis bagi kalangan petani.
“Kedua inovasi tersebut optimis akan dapat lebih dikembangkan para petani apabila perhatian serius pihak terkait menyiapkan atau membantu peralatan (mesin) pendukung lainnya,†katanya.
Menurut Nurliana, akan tercipta perekonomian dan lapangan pekerjaan tambahan baru di kalangan petani kalau hal tersebut diseriusi oleh pemerintah.
Sebenarnya ke-23 mahasiswa STPP Medan selama tiga bulan di Tapanuli Selatan dalam rangka pendamping Upsus di 6 dari 14 kecamatan penerima program GP2T (Gerakan pemberdayaan petani terpadu) yang ada di Tapanuli Selatan 2016.
Yaitu di kecamatan Batang Angkola, Tantom Angkola, Arse, Sipirok, Marancar dan kecamatan Batang Toru.
“Pendampingan salah satu upaya pemerintah dalam upaya pencapaian swasembada pangan,†katanya.
Tugas para mahasiswa selama 3 bulan dilapangan antara lain 1. Menyusun rencana kerja pendampingan 2. Membantu penyukuh pertanian/THL-TBPP dalam kegiatan upaya khsus di tingkat kecamatan.
Selanjutnya 3. Bermitra dengan penyuluh pertanian dan babinsa dalam pendampingan (perencanaan dan pelaksanaan usahatani, introduksi teknologi dan kelembagaan petani) kepada petani dan yang ke 4. Bersama dosen/penyuluh dalam melaksanakan kegiatan pengujian teknologi.
Khusus pengujian teknologi tugas para mahasiswa dibagi dua kegiatan, pertama kegiatan Demplot padi di desa Batu Horpak, Tantom Angkola menggunakan varietas Mekongga kelas FS dengan menerapkan teknologi Jajar legowo 2 : 1, dan pengendalian OPT dengan pestisida nabati dengan luasan 0,1 Ha.
Tugas kegiatan kedua, Demplot jagung di Desa Gunung Manaon Kecamatan Batang Angkola dengan komoditas jagung varietas Bima 19 Uri dan Bima 17 Uri.
“Selama pelaksanaan kegiatan demplot mahasiswa bersama-sama dengan petani dengan kelompok tani melaksanakan kegiatan tersebut,†kata Nurliana.
Disitu, mahasiswa juga memberikan informasi teknologi kepada petani mulai dari on farm sampai off farm dimana petani memahami dan menerapkan secara bersama teknologi budidaya dengan baik sesuai dengan anjuran teknologi.
“Disitu pulalah, petani telah mampu meningkatkan nilai tambah dari sumberdaya yang tersedia melalui pembuatan nata de coco dari limbah air kelapa, serta pembuatan pupuk bokashi dan lainnya.
“Disamping upaya pencapaian swasembada pangan melalui program padi jagung dan kedelai (Pajale), teknologi STPP Medan dalam pendampingan kali ini sudah memberikan dampak positif perobahan ekonomi masyarakat petani Tapanuli Selatan,†kata Nurliana mengakhiri.
STPP Medan Berhasil Merubah Nasib Petani Tapanuli Selatan
Selasa, 26 Juli 2016 10:52 WIB 1586