Medan, 27/4 (Antara) - Pemerintah sedang menyiapkan relokasi tahap II untuk 1.680 kepala keluarga dari empat desa korban erupsi Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara sejak 2013.
Bupati Karo, Terkelin Brahmana di Siosar, Merek, Rabu mengatakan, pihaknya diberi tenggat waktu oleh Pusat hingga Juni 2016 untuk menyiapkan relokasi tahap II itu.
"Berbeda dengan relokasi tahap I di Siosar, pada tahap II dilakukan secara mandiri dimana pemerintah tidak lagi menyiapkan lahan," katanya pada penjelasan saat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meresmikan pembangunan masjid dan gereja yang dibangun secara swadaya di Siosar.
Dia menjelaskan, pemerintah tidak menyiapkan lahan karena izin pembukaan lahan hutan untuk relokasi tahap II tidak keluar.
Sebagai penggantinya, masyarakat secara berkelompok mencari sendiri areal untuk pembangunan rumah dan ladang.
Sedangkan fasilitas umum pendukung perumahan nantinya disiapkan pemerintah.
Terkelin menyebutkan, warga asal Desa Guru Kinayan, Berastepu, Durintonggal dan Gamber akan mendapatkan alokasi dana Rp110 juta per kepala keluarga yang terdiri atas Rp59,4 juta untuk penyediaan tanah dan pembangunan rumah dan Rp50,6 juta untuk lahan pertanian.
Pelaksana tugas Gubernur Sumut H T Erry Nuradi, menjelaskan, relokasi Siosar adalah relokasi tahap I yang telah diupayakan TNI bersama pemerintah untuk 370 kepala keluarga dari tiga desa, yakni Simacem, Berkerah dan Sukameriah.
Masyarakat korban juga diberikan lahan pertanian untuk menopang kehidupan masyarakat agar kembali bangkit secara mandirii dalam menjalankan aktivitas sosial ekonomi maupun budaya.
"Pemerintah juga memberi bantuan percepatan relokasi guna mendukung infrastruktur dan suprastruktur sosial ekonomi terus dipacu melalui bantuan rumah ibadah, kantor desa, drainase, jalan tersier, listrik, jalan usaha tani ke lokasi lahan pertanian, sekolah, terminal dan lainnya," kata Erry.
Dia menyebutkan, tujuan pembangunan pascabencana adalah untuk memulihkan kembali kehidupan masyarakat yang sudah terpuruk untuk bangkit kembali dari sisi aspek sosial, ekonomi maupun budaya.
"Pemerintah serius dan komitmen membantu warga pengungsian agar dapat kembali menjalani aktivitasnya. Oleh karena itu, seluruh warga korban diminta menempati rumah yang sudah dibangun," katanya.
Erry mengaku, bencana erupsi Gunung Sinabung sudah berlangsung lebih 5 tahun sejak erupsi pertama tahun 2010 yang berlangsung satu bulan.
Setelah erupsi berhenti selama tiga tahun, pada bulan September 2013 Gunung Sinabung kembali erupsi yang mengharuskan masyarakat berada dalam pengungsian selama 2 tahun 8 bulan.
Intensitas dan frekuensi erupsi gunung Sinabung yang terus bergolak mengakibatkan masyarakat sebanyak 9.322 jiwa masih berada di sembilan titik pos pengungsian sampai saat ini.
Sementara Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan, pembangunan rumah ibadah berupa masjid dan gereja yang dibangun secara swadaya termasuk anggota TNI di Siosar sangat membanggakan.
"Presiden Joko Widodo memang berharap warga bekas korban erupsi Sinabung semakin bisa hidup tenang setelah presiden menginstruksikan membangun lokasi tempat pengungsian warga saat menyaksikan bencana erupsi itu," ujar Panglima TNI.
Gereja Oikumene Bahtera Kasih dan Masjid Al Hikmah itu diharapkan menjadi perekat kehidupan sosial kemasyarakatan di Siosar.
"Gereja dan masjid adalah lambang kebaikan, kasih Tuhan, semoga dapat memberi semangat bagi warga agar bisa membangun dan memberi kehidupan yang lebih indah dari sebelumnya," kata Gatot.
Dia menjelaskan Presiden Joko Widodo begitu dilantik langsung datang ke Kabupaten Karo untuk menyaksikan dampak erupsi.
Mendapat laporan bahwa erupsi berkepanjangan, maka presiden memutuskan untuk membangun relokasi, kemudian memerintahkan kepada TNI untuk melaksanakannya.
"Seminggu kemudian, saya kemari dan berkoordinasi. Tempat ini (Siosar) ditentukan bersama-sama dan merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif dan saya senang, saat ini semua pengungsi sudah bisa tenang," kata Gatot.