Apa yang tidak ada di Sumatera Utara? Mungkin agak susah menjawabnya karena hampir seluruh sumber daya yang dibutuhkan tersedia.
Mulai dari pariwisata, kelautan, pertanian, pertambangan, perkebunan, industri, hingga jasa, semuanya ada di Sumatera Utara.
Siapa yang tidak tahu dengan Danau Toba yang sangat indah dengan luas sekitar 1.130 km persegi sehingga "dikuasai" tujuh kabupaten.
Siapa yang membantah jika Sumatera Utara merupakan "gudangnya" perkebunan sehingga menjadi lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di bidang perkebunan.
Siapa yang membantah potensi kelautan Sumatera Utara yang diapit Selat Malaka dan Samudera Hindia atau potensi pertambangan dengan keberadaan sejumlah perusahaan tambang.
Demikian juga potensi pertanian sehingga Kementerian Pertanian menempatkan Sumatera Utara dalam lima besar penyumbang beras nasional.
Apalagi dengan keberadaan Bandara Kualanamu di Kabupaten Dleiserdang yang saat ini masih satu-satunya infrastruktur transportasi udara di Tanah Air yang terkoneksi dengan sarana kereta api.
Lalu, kenapa Sumatera Utara sulit untuk menjadi nomor satu. Bahkan menjadi "lesu darah", terutama pada tahun 2015.
Salah kelola
Setelah ditinjau secara keseluruhan, tidak ada yang kurang di Sumatera Utara. Namun menurut pengamat sosial politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, provinsi itu masih lesu darah karena salah dalam pengelolaan.
"Paling tidak, belum dikelola dengan benar dan serius," katanya.
Kesalahan dalam pengelolaan tersebut dinilai bukan hanya menyebabkan pembangunan Sumatera Utara belum maksimal, tetapi menyebabkan sejumlah tokohnya terjerat masalah hukum.
Penegakan hukum yang dilakukan KPK dan Kejaksaan Agung tersebut menimbulkn kesan munculnya prahara politik di Sumatera Utara.
Efeknya, kata Ansari, bukan hanya terhadap kelancaran pemerintahan, tetapi juga dapat mempengaruhi psikologis masyarakat Sumatera Utara.
Dikhawatirkan, penahanan terhadap sejumlah tokoh Sumatera Utara dengan tuduhan telah melakukan korupsi dapat menyebabkan masyarakat semakin sulit percaya kepada pemerintah.
Meski menimbulkan keprihatinan, tetapi Ketua DPD RI Irman Gusman merasa optimistis terhadap kemajuan Sumatera Utara sehingga menganggap prahara politik yang terjadi bagaikan awan kelabu yang akan segera berlalu.
Dengan berbagai potensi yang ada, ditambah dengan prestasi yang diraih, politisi asal Sumatera Barat itu merasa yakin jika Sumatera Utara akan mengalami kebangkitan.
Indikasi kebangkitan itu diawali dengan keberhasilan Pemprov Sumatera Utara meraih opini "Wajar Tanpa Pengecualian" (WTP) dari BPK.
Selain itu, berdasarkan penilaian BI, Sumatera Utara juga dianggap sebagai daerah yang paling baik dalam mengendalikan inflasi untuk beberapa tahun terakhir.
Jika dilihat secara umum, Sumatera Utara juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup, bahkan diatas rata-rata nasional.
"Jadi, apa yang terjadi saat ini, bagian dari proses menuju yang lebih baik," kata Irman Gusman menunjukkan optimismenya.
Sikap optimistis juga disampaikan anggota DPRD Sumatera Utara Arripay Tambunan yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi di daerah itu akan meningkat pada 2016.
Optimisme itu muncul karena akan banyak perbaikan infrastruktur dan adanya sistem yang memudahkan calon investor untuk menanamkan modalnya di Sumut.
Salah satu faktor pendukung itu berupa akan beroperasinya KEK Sei Mangke di Kabupaten Simalungun.
Potensi itu akan semakin besar jika Pelabuhan Kuala Tanjung yang ada di Kabupaten Batubara dapat segera diselesaikan untuk mendukung pendistribusian berbagai produk dari KEK Sei Mangke.
Selain pembangunan jalan tol Medan-Binjai dan Kualanamu-Tebingtinggi, peluang pertumbuhan ekonomi itu juga didukung dengan operasional angkutan Trans Mebidang.
Paling tidak, perbaikan infrastruktur itu dapat menambah kesiapan Sumut untuk bersaing pada kerja sama ekonomi dalam MEA.
Pemberlakuan MEA yang dimulai Januari 2016 itu akan memungkinkan banyaknya orang asing yang akan masuk ke Indonesia, termasuk Sumut.
"Akan banyak uang beredar di Sumut nanti. Karena itu, diprediksi pertumbuhan ekonomi Sumut bisa mencapai enam persen atau lebih," kata politisi PAN itu.
Namun untuk memperkuat optimisme itu, pihaknya mengharapkan pemerintah dapat memperbanyak kebijakan yang memudahkan penanaman modal di Sumut untuk memancing kalangan investor.
Konsolidasi total
Optimisme kebangkitan Sumatera Utara juga disampaikan anggota DPR RI Hasrul Azwar yang merupakan politisi senior asal provinsi tersebut.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu mengaku karena ketertinggalan Sumatera Utara dan kasus yang menimpa sejumlah tokoh tersebut menyebabkan banyak pihak yang menilai negatif keberadaan provinsi itu.
Bahkan, Sumatera Utara dianggap record negatif karena dua kali gubernur dan wali kotanya ditahan aparat penegak hukum.
Meski demikian, kondisi yang ada bukan menjadi hambatan untuk membangkitkan Sumatera Utara, apalagi provinsi itu memiliki berbagai sumber daya.
Namun, untuk mewujudkan kebangkitan, Plt Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi diingatkan untuk melakukan konsolidasi total, mulai dari aparatur, kinerja, pendapatan, perda-perda, hingga komunikasi politik dengan berbagai pemnagku kepentingan.
"Tidak ada langkah lain, langkah pertama harus dibuat konsolidasi," ujar Hasrul Azwar.
Selain kaya dengan potensi, peluang untuk bangkit itu semakin besar karena Sumatera Utara dipimpin seorang Erry Nuradi yang berpengalaman menjadi bupati dua periode di Serdang Bedagai.
Setelah melakukan konsolidasi internal secara menyeluruh, Plt Gubernur Sumatera Utara perlu menjalin komunikasi politik dengan seluruh pemangku kepentingan, terutama anggota DPR RI dan DPD RI asaln provinsi itu.
Komunikasi itu diperlukan agar Pemprov Sumatera Utara dapat menjelaskan kebutuhan pembangunan dan memberikan gambaran bagi 30 anggota DPR RI dan empat anggota DPD RI mengenai proyek pembangunan di provinsi tersebut.
Dengan penjelasan tersebut, politisi asal Sumatera Utara dapat mengambil peran di Badan Angaran DPR RI mengenai anggaran pusat yang dapat diperjuangkan.
"Kami sangat siap untuk mendukung, tetapi (Plt Gubernur Sumatera Utara) Erry Nuradi harus rajin 'menjemput bola'," ujar Hasrul.