Parmaksian, 25/2 (antarasumut)– Puluhan mahasiswa kimia industri menilai industri pulp di Parmaksian, Tobasamosir ramah lingkungan, bahkan sangat efisien melakukan daur-ulang (re-cycle) untuk pemanfaatan-kembali (re-use) limbahnya.
Penilaian itu disuarakan oleh beberapa diantara 50 mahasiswa PTKI (Pendidikan Teknologi Kimia Industri) Medan, saat menjalani studi-lapangan di TobaPulp, Sabtu (22/2).
Mereka meninjau pusat pembibitan yang mampu menghasilkan 2,1 juta bibit klon eucalyptus per bulan, laboratorium, proses produksi di pabrik mulai dari pencincangan bahan baku kayu asal HTI (hutan tanaman industri), perebusannya hingga menjadi ”bubur,” pemutihan, pengeringan, pencetakan menjadi lembaran-lembaran, pemotongan untuk ukuran tertentu, sampai pengepakan untuk memudahkan pengangkutan ke pelabuhan Belawan.
Rombongan, yang didampingi dosen Donda ST, MSi, Pevi SSi, serta Syamsul Bahri, juga menyaksikan sistem pengolahan limbah (cair, padat, gas) termasuk incinerator (alat penangkap dan pembakar sisa-sisa gas berbau). Salah satu hal paling memperoleh perhatian ialah pengolahan sebagian limbah padat (abu pembakaran bahan bakar di boiler) menjadi paving block dan con block atas izin dan supervisi dari Kemeneg Lingkungan Hidup.
Para mahasiswa PTKI secara khusus mempelajari kimia dan pemanfaatannya untuk proses produksi di pabrik. Mereka umumnya memahami bahwa masyarakat awam selalu memiliki kehawatiran terhadap pemanfaatan berbagai jenis kimia untuk kepentingan industri, dimana pun. Tetapi, sebagai intelektual, mereka menegaskan tidak ada masalah dengan pemanfaatan kimia dalam industri.
Juga dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang memenuhi kaedah-kaedah teknologi yang dipersyaratkan dan sudah teruji. Opini para mahasiswa tercermin dalam berbagai tanggapan.
Tanggapan
Pahor H. Silitonga, mahasiwa PTKI semester IV, mengaku ada mendengar isu-isu miring tentang ”senyawa kimia berbahaya” di TobaPulp. Ia sudah lama penasaran ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Tetapi ia memutuskan tidak mengambil sikap dulu sebelum berkesempatan menyaksikan sendiri kondisi lapangan.
Putri Sartika Plimin, mahasiswa lainnya sependapat dengan Pahor Silitonga, mengaku, sangat terkesan dengan lanskap pabrik yang ia lukiskan cukup luas tetapi teratur. Rekan Putri, Verasiska Pardosi asal Parsoburan, mengaku tidak megetahui banyak proses pembuatan bubur kertas. Baru setelah berkunjung ia menjadi paham proses pengolahan bahan baku kertas. Ia sangat terkesan terhadap alat-alat produksi yang skala-nya berpuluh kali lipat dari pabrik-mini tempat mereka praktek di PTKI.
Para mahasiswa lainnya, Tonggo Mesia Sitorus, Eka Maria Marpaung, Robin Hot Monang Sinambela, melukiskan kemampuan memproduksi bibit klon ekaliptus ”hampir tak terbatas” setiap bulan sebagai prestasi yang menonjol. Tonggo merasa bangga ada industri yang sedemikian rupa mampu menggali manfaat ekaliptus secara total (serat, kulit, lignin, penghijauan). Eka Maria dan temannya Dedy Girsang melukiskan kunjungannya di TobaPulp cukup memuaskan.
Kunjungan mahasiswa PTKI Medan ke TobaPulp sudah berlangsung berulang kali sejak lama. Tujuannya tidak lain dari untuk membekali para mahasiswa pemahaman lebih luas dan dalam mengenai proses-proses produksi di pabrik yang sebenarnya. Selama kunjungan, rombongan didampingi serta memperoleh informasi dari Herwin Simangunsong dan tim Public Relations TobaPulp. (*)