Oleh Evalisa Siregar
Medan, 5/2 (Antara) - Neraca perdagangan Sumatera Utara-China tahun lalu masih surplus lumayan besar atau 346,566 juta dolar AS dipicu masih kuatnya permintaan crude palm oil/minyak sawit mentah dan karet dari negara itu.
"Nilai ekspor Sumut ke China tahun lalu mencapai 1,243 miliar dolar AS, sedangkan impor 896,734 juta dolar AS," kata
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Rabu.
Surplus perdagangan itu menggembirakan karena sebaliknya kondisi perdagangan luar negeri Sumut dengan beberapa negara lain mengalami defisit.
Dengan Malaysia, misalnya, perdagangan Sumut mengalami defisit hingga 526,491 juta dolar AS, dimana ekspor hanya 313,656 juta dolar AS, sedangkan impor sudah sebesar 840,347 juta dolar AS.
"Defisit Sumut terbesar adalah perdagangan dengan Singapura atau mencapai 812,869 juta dolar AS.Tetapi itu terjadi karena banyak barang impor yang melalui negara itu," katanya.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun menyebutkan, perdagangan Indonesia dengan China masih tertolong dari bisnis minyak sawit dan termasuk karet.
China, kata Derom, hingga dewasa ini masih sangat tergantung dengan CPO Indonesia dimana salah satunya berasal dari Sumut.
Selain China, India juga pembeli besar CPO Indonesia setiap tahunnya.
"Meski terjadi tren penurunan permintaan CPO dari China dampak krisis global, tetapi ekspor komoditas ke negara itu tetap saja cukup banyak dibandingkan ke negara lain," katanya.
Ke depannya, kata dia , China juga masih pasar potensial Indonesia khusus untuk CPO dan produk turunan sawit lainnya meski dewasa ini perekonomian negara "tirai bambu" itu sedang lesu.***2***
(T.E016/C/Suparmono/Suparmono) 05-02-2014 11:55:27