Medan, 5/1 (Antara) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara menilai saat ini sulit mempertahankan harga jual hasil laut seperti ikan, sama dengan harga beberapa waktu lalu karena hasil tangkapan yang cenderung turun.
"Selain faktor cuaca, gangguan yang dihadapi nelayan di perairan juga membuat hasil tangkapan turun," kata Sekretaris Dewan pimpinan Daerah (DPD) HNSI Sumatera Utara (Sumut), Ihya Ulumuddin di Medan, Minggu.
Menurut dia, pasokan semakin terbatas karena hasil tangkapan nelayan besar justru sebagian besar dialokasikan untuk tujuan ekspor.
"Jadi sulit membuat harga jual ikan di Sumut turun dari harga dewasa ini yang memang masuk katagori mahal," katanya.
HNSI sendiri terus berupaya membantu agar hasil tangkapan nelayan meningkat misalnya menangani gangguan terhadap nelayan saat melaut seperti aksi perampokan di perairan Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumut.
Pada akhir tahun 2013, tercatat ada lima kasus perampokan kapal penangkap ikan miliik nelayan kecil berukuran 20-25 GT di Perairan Kuala Bagan, Kabupaten Deliserdang.
"HNSI sudah meminta petugas keamanan laut dan TNI AL Belawan agar mengungkap kasus itu dan menangkap perompaknya," kata Ihya.
Dia menegaskan harga jual ikan yang mahal membuat nelayan juga terganggu karena minat beli berkurang.
Pedagang ikan di Pasar Inpres Titikuning, M Rangkuti menyebutkan harga berbagai jenis ikan bertahan bahkan bertambah mahal awal tahun 2014.
Harga ikan gembung kuring misalnya berkisar Rp40.000-Rp45.000 per kg dan Dencis Rp28.000-Rp30.000 per kg. Harga udang juga menguat atau paling murah Rp50.000 per kg untuk ukuran kecil.
"Pedagang kesulitan, harga yang mahal buat daya beli menurun," katanya.
Akibat ikan mahal, konsumen beralih membeli daging ayam yang harganya saat ini cenderung turun di kisaran Rp20.000-an per kg.***2***
(T.E016/B/A. Salim/A. Salim)