Surabaya, 13/4 (Antara) - Indonesia akan memperjuangkan masuknya minyak sawit mentah (CPO) dan karet ke dalam daftar barang-barang ramah lingkungan (EGs) APEC sehingga bisa diperdagangan secara mulus di kalangan negara-negara APEC; kata Dirjen KPI.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI), Kementerian Perdagangan, Imam Pambagyo dalam pernyataannya, Sabtu (13/4), menegaskan Indonesia akan memperjuangkan produk-produk pertanian dan kehutanan seperti CPO dan karet alam masuk ke daftar EGs APEC saat pertemuan para menteri APEC di Surabaya pada 20-21 April, 2013.
Delegasi Indonesia dalam pertemuan di Kota Pahlawan itu akan dipimpin oleh Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, yang sekaligus merangkap sebagai Pimpinan Sidang (Chair) selama berlangsungnya pertemuan.
Indonesia, katanya, akan menekankan kembali CPO sebagai produk pertanian paling produktif karena mampu memberikan hasil paling tinggi dibanding semua produk pertanian sejenis, sehingga sangat memenuhi syarat untuk melayani kebutuhan dunia minyak nabati, energi terbarukan, dan keperluan konsumsi lainnya.
Selain itu, CPO juga memenuhi kebutuhan peningkatan mata pencaharian produsen kecil, sehingga produk ini dapat dikatakan ramah lingkungan (pro-environment), menguntungkan perdagangan (pro-trade), pembangunan (pro-development), dan mengurangi kemiskinan (pro-poor).
"Karet alam juga memiliki karakteristik lingkungan dan pembangunan yang sama dengan CPO," ujar Iman.
Indonesia berkeinginan untuk mendorong dibukanya kembali pembahasan serta menjajaki kemungkinan dimasukkannya produk-produk pertanian dan kehutanan seperti CPO dan karet alam itu karena telah disepakati dalam pertemua APEC di Vladivostok, Rusia, tahun lalu.
Upaya ini dilakukan agar dafter EGs menjadi lebih seimbang, tidak didominasi produk manufaktur, tetapi juga mencakup produk pertanian sehingga ikut mendorong negara-negara berkembang yang umumnya masih mengandalkan sektor pertanian untuk ikut berkontribusi kepada pelestarian lingkungan.
Isu penting lainnya yang akan dibahas para menteri perdagangan APEC di Surabaya ialah upaya meningkatkan konektivitas di kawasan ini.
Indonesia akan mendorong disepakatinya strategi konektivitas APEC yang lebih terarah dengan memperkenalkan kerangka kerja difokuskan pada tiga konektivitas, konektivitas fisik, konektivitas kelembagaan, dan konektivitas masyarakat (people-to-people).
"Kita perlu menyepakati sebuah strategi pengembangan konektivitas yang terarah dan praktis karena isu konektivitas itu sendiri sangat kompleks dan memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, APEC perlu memfokuskan diri pada `quick wins¿ dan `high-impact targets¿ agar tercipta konektivitas yang efektif di kawasan ini," kata Imam Pambagyo.(E004)