Akses jalan Provinsi ruas Jembatan Merah - Muarasoma hingga hari ke-empat belum juga bisa dilewati oleh kenderaan baik itu kenderaan jenis roda dua maupun roda empat keatas karena masih tertimbun material longsor.
Seperti diketahui, material longsor sebelumnya telah menutup akses jalan Provinsi itu sejak Jumat (22/12).
Akibatnya, para pengendara dari pusat ibukota Kabupaten Madina yang hendak menuju wilayah Pantai Barat Madina dan sebaliknya terpaksa harus memutar dari wilayah Batang Toru (Tapanuli Selatan) dan Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Kepala BPBD Mandailing Natal, Mukhsin Nasution yang dikonfirmasi ANTARA, Senin (25/12) menyampaikan, hujan dengan intensitas sedang - lebat disertai angin dan petir menjadi penyebab tanah longsor di bagian jalan provinsi yang menghubungkan Kota Panyabungan dengan wilayah Pantai Barat itu.
"Tanah longsor terjadi di titik Aek Inumon I dan titik Aek Inumon II, Kelurahan Tano Bato, Kecamatan Panyabungan Selatan," kata dia.
Mukhsin mengatakan, bahwa sampai saat ini satu titik longsor sebelumnya sudah selesai dibersihkan.
Meskipun begitu, saat ini masih ada satu titik bagian jalan lagi badan jalan yang terdampak tanah longsor yang belum selesai dibersihkan yakni di titik Aek Inumon II sehingga membuat jalan tersebut belum juga dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua.
"Material longsor berupa lumpur bercampur batu dan kayu menutup badan jalan dengan tinggi bervariasi antara satu sampai tiga meter dan panjangnya mulai dari 50 meter hingga 200 meter," katanya.
Baca juga: Dua titik jalan Provinsi di Madina tertimbun longsor
Ia menambahkan, tanah longsor yang terjadi di bagian jalan provinsi tersebut tidak sampai menyebabkan korban jiwa.
Banyak material longsor dan kondisi cuaca dinilai menjadi penyebab lambatnya penanganan.
"Materialnya longsornya banyak dan didominasi oleh material tanah, kayu dan batu-batu besar. Kemarin juga saat dilakukan pembersihan namun terjadi longsor susulan. Ini yang menjadi salah satu penyebab terlambatnya penanganan," katanya.
Meskipun begitu, proses pembersihan material longsor terus dilakukan dengan melibatkan seluruh stake holder termasuk kerjasama antara Pemda Madina dan UPT Dinas PUPR Kotanopan.
”Saat ini sudah ada tiga alat berat dilokasi yang melakukan pembersihan. Kita berdoa dan berharap tidak ada kendala cuaca, sehingga lalu lintas ke wilayah Pantai Barat kembali normal seperti sedia kala," harapnya.
Sementara itu, Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kotanopan, Provinsi Sumatera Utara Andi Hakim Matondang mengatakan, bahwa dinasnya sudah menurunkan alat berat untuk mempercepat pembersihan longsoran tanah dan bebatuan yang menutupi jalan.
"Kami menurun alat berat, satu unit backhoe loader, dua unit ekskavator, dan dua dumptruck ke lokasi kejadian," katanya.
Menurut dia, dinas juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal untuk mengupayakan pengoperasian alat berat tambahan guna mempercepat pembersihan bagian jalan yang terdampak tanah longsor.
"Panjangnya longsor ditambah sulitnya membersihkan material karena banyaknya batu-batu besar menjadi faktor penyebab terhambatnya penanganan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023
Seperti diketahui, material longsor sebelumnya telah menutup akses jalan Provinsi itu sejak Jumat (22/12).
Akibatnya, para pengendara dari pusat ibukota Kabupaten Madina yang hendak menuju wilayah Pantai Barat Madina dan sebaliknya terpaksa harus memutar dari wilayah Batang Toru (Tapanuli Selatan) dan Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Kepala BPBD Mandailing Natal, Mukhsin Nasution yang dikonfirmasi ANTARA, Senin (25/12) menyampaikan, hujan dengan intensitas sedang - lebat disertai angin dan petir menjadi penyebab tanah longsor di bagian jalan provinsi yang menghubungkan Kota Panyabungan dengan wilayah Pantai Barat itu.
"Tanah longsor terjadi di titik Aek Inumon I dan titik Aek Inumon II, Kelurahan Tano Bato, Kecamatan Panyabungan Selatan," kata dia.
Mukhsin mengatakan, bahwa sampai saat ini satu titik longsor sebelumnya sudah selesai dibersihkan.
Meskipun begitu, saat ini masih ada satu titik bagian jalan lagi badan jalan yang terdampak tanah longsor yang belum selesai dibersihkan yakni di titik Aek Inumon II sehingga membuat jalan tersebut belum juga dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua.
"Material longsor berupa lumpur bercampur batu dan kayu menutup badan jalan dengan tinggi bervariasi antara satu sampai tiga meter dan panjangnya mulai dari 50 meter hingga 200 meter," katanya.
Baca juga: Dua titik jalan Provinsi di Madina tertimbun longsor
Ia menambahkan, tanah longsor yang terjadi di bagian jalan provinsi tersebut tidak sampai menyebabkan korban jiwa.
Banyak material longsor dan kondisi cuaca dinilai menjadi penyebab lambatnya penanganan.
"Materialnya longsornya banyak dan didominasi oleh material tanah, kayu dan batu-batu besar. Kemarin juga saat dilakukan pembersihan namun terjadi longsor susulan. Ini yang menjadi salah satu penyebab terlambatnya penanganan," katanya.
Meskipun begitu, proses pembersihan material longsor terus dilakukan dengan melibatkan seluruh stake holder termasuk kerjasama antara Pemda Madina dan UPT Dinas PUPR Kotanopan.
”Saat ini sudah ada tiga alat berat dilokasi yang melakukan pembersihan. Kita berdoa dan berharap tidak ada kendala cuaca, sehingga lalu lintas ke wilayah Pantai Barat kembali normal seperti sedia kala," harapnya.
Sementara itu, Kepala UPT Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kotanopan, Provinsi Sumatera Utara Andi Hakim Matondang mengatakan, bahwa dinasnya sudah menurunkan alat berat untuk mempercepat pembersihan longsoran tanah dan bebatuan yang menutupi jalan.
"Kami menurun alat berat, satu unit backhoe loader, dua unit ekskavator, dan dua dumptruck ke lokasi kejadian," katanya.
Menurut dia, dinas juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal untuk mengupayakan pengoperasian alat berat tambahan guna mempercepat pembersihan bagian jalan yang terdampak tanah longsor.
"Panjangnya longsor ditambah sulitnya membersihkan material karena banyaknya batu-batu besar menjadi faktor penyebab terhambatnya penanganan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023