PT Bio Farma (Persero) menjelaskan tujuh langkah dalam proses vaksinasi COVID-19 mandiri mulai dari proses registrasi hingga akhirnya mendapatkan sertifikat vaksinasi.
Direktur Digital Healthcare PT Bio Farma (Persero) Soleh Ayubi dalam webinar Kesiapan Infrastruktur Data Vaksinasi COVID-19, Selasa, menjelaskan BUMN farmasi yang mendapat penugasan pelaksanaan vaksinasi mandiri menyiapkan tiga saluran proses vaksinasi.
"Khusus yang vaksinasi mandiri, kami BUMN farmasi menyiapkan beberapa channel (saluran), pertama melalui aplikasi seluler, kedua, melalui web dan ketiga, melalui proses manual atau walk in," katanya.
Baca juga: Jerman mulai suntikkan vaksin COVID-19 Desember
Alokasi saluran pelaksanaan vaksinasi akan disesuaikan dengan karakteristik daerah. Misal daerah dengan penggunaan teknologi digital yang masif kemungkinan akan lebih banyak menggunakan aplikasi atau web. Sementara daerah yang penetrasi digitalnya kurang akan difasilitasi dengan lebih banyak walk in.
Soleh menjelaskan pada tahapan pertama, pasien melakukan registrasi dan pre order. Proses awal itu merupakan tahap penyaringan awal untuk menentukan apakah pasien tersebut memenuhi kriteria yang ada.
"Vaksin yang kita punya untuk 18-59 tahun. Misal dia belum berumur 5 tahun, tentu tidak akan dilanjutkan," katanya.
Baca juga: Inggris siap berikan persetujuan vaksin COVID-19 Pfizer pekan ini
Proses pre order juga penting untuk distribusi vaksin agar perusahaan mengetahui permintaan yang sebenarnya di lapangan. Permintaan itu penting karena jumlah vaksin yang terbatas.
"Dengan feature (fitur) seperti ini kita bisa meminimalkan penimbunan. Ada adjustment (penyesuaian) 5-10 persen untuk yang walk in, tapi initial step (tahap awal) ini penting," imbuh Soleh.
Pada tahapan kedua, pasien akan melakukan reservasi dan pembayaran. Kemudian, pada tahap ketiga, pasien akan menerima notifikasi atau pengingat melalui aplikasi seluler, maupun SMS dan surat elektronik untuk proses vaksinasi.
Baca juga: Vaksin COVID-19 Moderna dibanderol sekitar Rp300-500 ribu
Kemudian, pada tahap keempat, pasien akan mengisi lembar persetujuan serta pada tahap kelima mengunjungi fasilitas penyuntikan vaksinasi. Pada tahap keenam, informasi vaksinasi akan diperbarui dan pasien bisa menerima sertifikat.
"Di sana (tahap kelima) akan ada validasi QR Code, lalu pasien disuntik, dan ada survei pantauan 30 menit di tempat penyuntikan. Kalau misal semua baik-baik saja tanpa kejadian akan diterbitkan sertifikasi," katanya.
Sertifikat tersebut nantinya bisa digunakan untuk kepentingan tertentu termasuk kementerian/lembaga hingga untuk syarat perjalanan sebagai bukti telah melakukan vaksinasi.
Baca juga: BBPOM : instalasi farmasi di Sumut siap tampung vaksin COVID-19
Sementara pada tahap terakhir, informasi vaksinasi akan diteruskan ke pihak terkait, termasuk basis data nasional.
Soleh menegaskan Bio Farma akan memfasilitasi semua kalangan dalam vaksinasi COVID-19, termasuk mereka yang tidak memakai ponsel pintar. Khusus mereka yang tidak memakai ponsel pintar, akan diberikan kupon kapan harus kembali, nomor telepon yang bisa dihubungi, hingga sertifikat dalam bentuk kertas.
"Itu kita fasilitasi jadi tidak akan ada orang yang tidak mendapat vaksin karena tidak bisa mengakses. Siapapun, apakah punya smartphone, atau tidak punya smartphone, akan difasilitasi maksimal untuk melakukan vaksinasi," pungkas Soleh.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Direktur Digital Healthcare PT Bio Farma (Persero) Soleh Ayubi dalam webinar Kesiapan Infrastruktur Data Vaksinasi COVID-19, Selasa, menjelaskan BUMN farmasi yang mendapat penugasan pelaksanaan vaksinasi mandiri menyiapkan tiga saluran proses vaksinasi.
"Khusus yang vaksinasi mandiri, kami BUMN farmasi menyiapkan beberapa channel (saluran), pertama melalui aplikasi seluler, kedua, melalui web dan ketiga, melalui proses manual atau walk in," katanya.
Baca juga: Jerman mulai suntikkan vaksin COVID-19 Desember
Alokasi saluran pelaksanaan vaksinasi akan disesuaikan dengan karakteristik daerah. Misal daerah dengan penggunaan teknologi digital yang masif kemungkinan akan lebih banyak menggunakan aplikasi atau web. Sementara daerah yang penetrasi digitalnya kurang akan difasilitasi dengan lebih banyak walk in.
Soleh menjelaskan pada tahapan pertama, pasien melakukan registrasi dan pre order. Proses awal itu merupakan tahap penyaringan awal untuk menentukan apakah pasien tersebut memenuhi kriteria yang ada.
"Vaksin yang kita punya untuk 18-59 tahun. Misal dia belum berumur 5 tahun, tentu tidak akan dilanjutkan," katanya.
Baca juga: Inggris siap berikan persetujuan vaksin COVID-19 Pfizer pekan ini
Proses pre order juga penting untuk distribusi vaksin agar perusahaan mengetahui permintaan yang sebenarnya di lapangan. Permintaan itu penting karena jumlah vaksin yang terbatas.
"Dengan feature (fitur) seperti ini kita bisa meminimalkan penimbunan. Ada adjustment (penyesuaian) 5-10 persen untuk yang walk in, tapi initial step (tahap awal) ini penting," imbuh Soleh.
Pada tahapan kedua, pasien akan melakukan reservasi dan pembayaran. Kemudian, pada tahap ketiga, pasien akan menerima notifikasi atau pengingat melalui aplikasi seluler, maupun SMS dan surat elektronik untuk proses vaksinasi.
Baca juga: Vaksin COVID-19 Moderna dibanderol sekitar Rp300-500 ribu
Kemudian, pada tahap keempat, pasien akan mengisi lembar persetujuan serta pada tahap kelima mengunjungi fasilitas penyuntikan vaksinasi. Pada tahap keenam, informasi vaksinasi akan diperbarui dan pasien bisa menerima sertifikat.
"Di sana (tahap kelima) akan ada validasi QR Code, lalu pasien disuntik, dan ada survei pantauan 30 menit di tempat penyuntikan. Kalau misal semua baik-baik saja tanpa kejadian akan diterbitkan sertifikasi," katanya.
Sertifikat tersebut nantinya bisa digunakan untuk kepentingan tertentu termasuk kementerian/lembaga hingga untuk syarat perjalanan sebagai bukti telah melakukan vaksinasi.
Baca juga: BBPOM : instalasi farmasi di Sumut siap tampung vaksin COVID-19
Sementara pada tahap terakhir, informasi vaksinasi akan diteruskan ke pihak terkait, termasuk basis data nasional.
Soleh menegaskan Bio Farma akan memfasilitasi semua kalangan dalam vaksinasi COVID-19, termasuk mereka yang tidak memakai ponsel pintar. Khusus mereka yang tidak memakai ponsel pintar, akan diberikan kupon kapan harus kembali, nomor telepon yang bisa dihubungi, hingga sertifikat dalam bentuk kertas.
"Itu kita fasilitasi jadi tidak akan ada orang yang tidak mendapat vaksin karena tidak bisa mengakses. Siapapun, apakah punya smartphone, atau tidak punya smartphone, akan difasilitasi maksimal untuk melakukan vaksinasi," pungkas Soleh.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020