Siswa SMP Negeri 3 Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan dimasa COVID-19 terpaksa mengikuti program proses belajar mengajar secara luar jaringan (Luring).
"Berhubung 15 persen dari total 351 jumlah siswa yang memiliki gadget," kata Robinson Tarigan, S.Pd, Kepala Sekolah SMPN 3 Batang Angkola kepada ANTARA, Rabu (29/7).
Menurut dia penerapan secara daring (online) juga kurang maksimal akibat sistem jaringan khususnya Desa Hurase, Batang Angkola sering terganggu atau (lelet), maka fokus secara luring.
Baca juga: Pemkab Tapsel terus edukasi pedagang di pasar akan protokol kesehatan
"Kendala lainnya disamping jaringan lelet soal keluhan para siswa yang memiliki gadget namun sering tidak memiliki paket data akibat ketiadaan dana orangtua mengisi paket," ungkapnya.
Untuk memberikan materi pelajaran setiap harinya agar tidak tertinggal mata pelajaran, guru terpaksa mengunjungi kampung-kampung dan mengumpul siswanya.
"Minimal dengan program luring sesuai petunjuk dan arahan dinas pendidikan pelajaran kurikulum sekolah tidak tertinggal akibat wabah COVID-19 yang tidak tahu kapan berakhir," ujarnya.
Baca juga: Kapolres Tapanuli Selatan ajak masyarakat ciptakan Pilkada aman dan damai
Dia mengatakan, sesuai jadwal total 27 jumlah tenaga pengajar (18 PNS dan 9 honor) setiap harinya aktif memberikan 4 materi mata pelajaran (satu mata pelajaran 30 menit) kepada siswa/siswinya.
"Sistem belajarnya dengan memanfaatkan rumah teras siswa tinggal, pekarangan, saung dan lainnya hanya saja mengikuti protokol kesehatan (pakai masker dan cucitangan dengan sabun/hand sanitizer," terangnya.
Dolly Putra Parlindungan Pasaribu, salah satu anggota DPRD Tapanuli Selatan sangat mengapresiasi langkah SMPN 3 Batang Angkola yang menerapkan sistem proses belajar luring agar pelajaran sekolah tidak tertinggal dimasa COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Berhubung 15 persen dari total 351 jumlah siswa yang memiliki gadget," kata Robinson Tarigan, S.Pd, Kepala Sekolah SMPN 3 Batang Angkola kepada ANTARA, Rabu (29/7).
Menurut dia penerapan secara daring (online) juga kurang maksimal akibat sistem jaringan khususnya Desa Hurase, Batang Angkola sering terganggu atau (lelet), maka fokus secara luring.
Baca juga: Pemkab Tapsel terus edukasi pedagang di pasar akan protokol kesehatan
"Kendala lainnya disamping jaringan lelet soal keluhan para siswa yang memiliki gadget namun sering tidak memiliki paket data akibat ketiadaan dana orangtua mengisi paket," ungkapnya.
Untuk memberikan materi pelajaran setiap harinya agar tidak tertinggal mata pelajaran, guru terpaksa mengunjungi kampung-kampung dan mengumpul siswanya.
"Minimal dengan program luring sesuai petunjuk dan arahan dinas pendidikan pelajaran kurikulum sekolah tidak tertinggal akibat wabah COVID-19 yang tidak tahu kapan berakhir," ujarnya.
Baca juga: Kapolres Tapanuli Selatan ajak masyarakat ciptakan Pilkada aman dan damai
Dia mengatakan, sesuai jadwal total 27 jumlah tenaga pengajar (18 PNS dan 9 honor) setiap harinya aktif memberikan 4 materi mata pelajaran (satu mata pelajaran 30 menit) kepada siswa/siswinya.
"Sistem belajarnya dengan memanfaatkan rumah teras siswa tinggal, pekarangan, saung dan lainnya hanya saja mengikuti protokol kesehatan (pakai masker dan cucitangan dengan sabun/hand sanitizer," terangnya.
Dolly Putra Parlindungan Pasaribu, salah satu anggota DPRD Tapanuli Selatan sangat mengapresiasi langkah SMPN 3 Batang Angkola yang menerapkan sistem proses belajar luring agar pelajaran sekolah tidak tertinggal dimasa COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020