Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mendampingi buruh tani perempuan yang sedang melakukan panen padi varietas Ciherang di lahan seluas 10 ha dengan produksi 6,4 ton/ha di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan. Proses panennya dilakukan secara manual menggunakan tenaga padat karya.

Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Tapanuli Selatan, Faisal Simamora, Sabtu (2/5) mengemukakan, tenaga bantu tambahan (buruh tani) di luar anggota keluarga petani cenderung menjadi tradisi kegiatan bertanam padi dan panen di daerah itu.

"Tergantung luasan lahannya. Terkadang dapat menyerap tenaga kerja yang lumayan banyak. Namun, satu sisi, ketiadaan teknologi mekanisme pertanian menyebabkan proses produksi menjadi tidak efektif dan kurang maksimal," katanya.

Baca juga: Angin kencang sisakan kerugian besar ekonomi petani Sipirok

Baca juga: BPPSDMP kerahkan penyuluh ajak petani tanam varietas lokal Tapsel

Tetapi, sisi lain, PPL kepada para petani dalam proses alih teknologi mekanisasi pertanian sering menyampaikan melalui Program Luas Tambah Tanam (LTT), dan Upaya Khusus (Upsus) Alat Mesin Pertanian dalam mendukung swasembada pangan pada tahun sebelumnya.

"PPL telah memberikan kemajuan dalam hal alih fungsi teknologi pada sektor pertanian. Hanya saja, sayangnya masih sedikit buruh tani perempuan yang mampu menggunakan alsintan dengan mahir," kata Siti Rohana Hasibuan, PPL BPP Tobotan Angkola Barat menimpali.

Butuh upaya yang intensif dalam melakukan perubahan pada kegiatan yang sudah terbiasa dilakukan petani di pedesaan. Perlu ada contoh Tokoh masyarakat sekitar yang mampu memberikan keberhasilan dalam mengelola usaha tani dengan menggunakan teknologi, harap Rohana lebih lanjut.

Oleh sebab itu, Polbangtan Medan melalui program Kostratani bertanggungjawab memberikan pendampingan kepada BPP di Tapanuli Selatan dengan menurunkan Mahasiswanya untuk mendampingi langsung dalam menggunakan alsintan.

"Sebenarnya tidak hanya penguasaan alsintan, namun buruh tani perempuan juga kita motivasi menguasai kemampuan pengolahan pasca panen terutama untuk komoditi pangan," kata Direktur Polbangtan Medan Yuliana Kansrini.

Tujuannya agar dapat menyediakan kebutuhan pangan keluarga dengan nutrisi terbaik dan dapat dijadikan peluang usaha untuk dapat menambah pendapatan keluarga itu sendiri.

"Tak bisa dipungkiri, bahwa perempuan turut berkontribusi pada proses produksi pertanian di pedesaan. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangganya. Mayoritas mereka adalah sebagai buruh tani dalam kegiatan produksi tanaman pangan," sebutnya.

Profesi buruh tani ini dipilih karena waktu kerja yang fleksibel sesuai dengan beban kerja pada saat musim tanam dan musim panen. Penglibatan perempuan dalam proses produksi usaha tani memang sangat diperlukan.

"Perempuan berperan dalam proses produksi, distribusi dan hingga konsumsi. Dalam model produksi yang melibatkan perempuan misalnya memastikan pemenuhan pangan keluarga dengan nutrisi yang terjaga, hingga mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan harus terus dilakukan," kata Yuliana.

Oleh karena itu, buruh tani perempuan juga perlu diberikan keterampilan dalam menggunakan teknologi modern agar kaum perempuan juga dapat berperan baik dalam kegiatan produksi hingga pengolahan hasil produk pertanian dengan baik untuk menjaga sumber daya pertanian dan mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan, ungkapnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa dalam kondisi masa pandemic COVID-19 saat ini, kita harus memastikan ketersediaan bahan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Salah satu upaya yang dilakukan adalah kreativitas mengolah bahan pangan lokal yang tersedia dengan mudah di daerah yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, pengolahan pangan lokal mampu mewujudkan ketahanan pangan keluarga dan kesehatan kita semua," tutup Yuliana.

 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020