Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan cukup sangat konsekuen dengan konservasi di ekosistem Batang Toru dalam melindungi kekayaan keragaman hayati yang ada didalamnya. 

"Kekayaan baik flora maupun fauna khususnya orangutan yang ada di ekosistem Batang Toru harus kita lindungi dengan baik, sebab akan menjadi warisan generasi muda mendatang," kata Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu, Kamis (17/10).

Luasan kawasan bentang alam Batang Toru esensinya beririsan dengan Kabupaten Tapanuli Utara (ada 60 persen), Kabupaten Tapanuli Tengah (10 persen, sedang wilayah Tapanuli Selatan (cuma 30 persen).

Saat menerima kunjungan Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial KLHK RI, Bupati diruang kerjanya menyatakan bahwa Pemkab Tapanuli Selatan telah memberikan perhatian cukup baik terhadap lingkungan bentang alam Batang Toru. 

"Dalam hal pelestarian lingkungan dan peningkatan konservasi Batang Toru, kita (Pemkab Tapanuli Selatan) tetap komit bahkan ingin menjadi contoh kepada kabupaten tetangga," sebutnya.

Komitmen tersebut antaralain mewujudnyatakan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan strategis Batang Toru dan sekitarnya. 

"Adapun muatan yang penting disitu (RDTR)  yakni mendeliniasi koridor satwa liar dan koridor yang akan ditindaklanjuti dengan membentuk forum kolaborasi pengelolaan koridor," katanya. 

Dalam pengelolaan koridor nantinya akan melibatkan berbagai pihak agar pengelolaan koridor bisa saling bersinergi dan selaras dengan tindak lanjut rapat Juli 2019 lalu bersama berbagai stakehokder.

Baca juga: Dari Forum Jamsos dunia, BPJS Ketenagakerjaan raih 2 penghargaan tertinggi "Certificate of Excellence"

"Koridor orangutan maupun satwa liar lainnya penting dibangun di ekosistem Batang Toru agar satwa-satwa liar tersebut dapat lebih leluasa bergerak baik dari selatan ke utara maupun dari barat ke timur," katanya.

Dengan demikian, orangutan yang ada di Area Penggunaan Lain (APL) bisa leluasa bergerak menuju habitat utamanya yaitu cagar alam Lubuk Raya, cagar alam Dolok Sipirok dan cagar alam Sibual-buali.

"Sehingga orangutan dapat berinteraksi antara satu dengan yang lain atau kelompok populasi dengan populasi yang lain," tambahnya. 

Tujuan lain dari dibangunnya koridor satwa liar dilindungi adalah untuk mencegah terjadinya imbreding atau perkawinan sedarah, karena perkawinan sedarah itu akan menimbulkan resiko keturunan yang tidak baik.
 
Baca juga: Pemkab Tapanuli Selatan ingatkan ASN berhati-hati gunakan Medsos

Direktur Bina Pengelolaan Ekosisten Esensial pada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Ir.Tandya Tjahjana, M.Si sangat mengapresiasi konsekuen Pemkab Tapanuli Selatan terhadap upaya-upaya konservasi yang berwawasan kawasan ekosistem esensial dalam melindungi keanekaragaman hayati khususnya orangutan.
 
"Kawasan ekosistem esensial adalah ekosistem diluar kawasan konservasi yang secara ekologi mengandung keanekaragaman hayati yang mencakup ekosistem alami dan buatan yang berada di dalam dan luar kawasan hutan".
 
"Kami berharap substansi kawasan ekosistem esensial seperti ini tidak hanya dikembangkan di Tapanuli Selatan saja akan tetapi diikuti kabupaten tetangga lainnya," harap Tandya seraya mengatakan jelajah orangutan tidak hanya di Tapanuli Selatan tetapi meliputi kabupaten tetangga lainnya.

Kehadiran Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial Tandya Tjahjana baru ini bersama staf Khusus Menteri LHK Bidang Koordinasi Jaringan LSM dan Amdal Hanni Adiati, Kepala BBKSDA Provinsi Sumut Hotmauli Sianturi.

Disambut Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M. Pasaribu diruang kerjanya Kantor Bupati Jalan Lafran Pane, Sipirok yang didampingi Asisten Ekbang, Staf Ahli, Kadis Lingkungan Hidup, Kadis PU dan PR, Kadis Pertanian dan Kabag Humas dan Protokol.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019