Warga masyarakat Desa Aek Batang Paya Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan mengatakan tetap menjaga kelestarian spesies langka Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) di wilayah itu.
"Dibuktikan tidak tidak pernah ada konflik yang terjadi antara masyarakat dengan orangutan di daerah ini," Kepala Desa Aek Batang Paya Candra Nainggolan kepada ANTARA, di Spirok, Minggu (22/9).
Apalagi kehadiran sesekali orangutan masuk ke wilayah areal perkebunan (jarak 1 kilometer dari desa) mereka bukannya mengganggu. Makanya dibiarkan bebas begitu saja dan malah mereka lindungi.
"Komitmen menjaga keberadaan orangutan tapanuli sudah merupakan kepedulian kami (masyarakat) sejak lama, itu tak boleh diganggu mencari makan," kata dia.
Terkait seekor orangutan yang terluka dan telah mendapatkan perawatan medis di pusat karantina dan rehabilitasi orangutan di Batu Mbelin Kabupaten Deli Serdang, dia mengaku prihatin.
Baca juga: 37 orangutan kena ISPA akibat kabut asap
Baca juga: PLTA Batang Toru prihatin ada orangutan terluka
"Saya cukup prihatin orangutan yang terluka yang belum diketahui pasti penyebabnya. Kalau konflik dengan warga jelas tidak ada. Bisa bisa terluka akibat berkelahi sesama hewan sejenis atau yang lain atau juga terjatuh dari pohon," sebutnya.
Diceritakannya, bahwa BBKSDA dan pihak kehutanan juga mengetahui orangutan tapanuli berada pada areal perkebunan warga setelah mendapatkan laporan warga bernama Irin Gultom.
"Orangutan diketahui terluka setelah pihak kehutanan mengambil gambarnya. Bekerjasama dengan BBKSDA orangutan itu berhasil dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis," kata Candra.
Ditegaskannya, bahwa melaporkan keberadaan orangutan itu ke pihak yang berkompeten sudah merupakan komitmen warga apabila ada menemui satwa dilindungi langsung dilapor ke pihak terkait.
"Tidak ada yang tahu kalau orangutan itu terluka sebelum pihak kehutanan mengabadikan gambarnya. Syukurlah kepedulian dan komitmen warga melaporkannya boleh dikatakan sudah menyelamatkan duka satwa langka itu, pada Rabu (18/9)" jelas Candra.
Sebelumnya juga PLTA Batang Toru sebagaimana diutarakan Publik Relation PT.NSHE pelaksana PLTA Dede Wafiza Ashia kepada ANTARA, Minggu merasa prihatin terhadap kabar seekor Orangutan Tapanuli terluka akibat belum diketahui pasti penyebabnya itu.
Diungkapkannya bahwa atensi PLTA Batang Toru terhadap konservasi di wilayah itu termasuk satwa liar dilindungi cukup tinggi.
Seperti mengadakan pelatihan serta membentuk kader konservasi berbasis kearifan lokal yang bekerja sama berbagai pihak, yaitu pemerintah daerah, akademisi/sekolah, LSM, dan masyarakat.
"PLTA Batang Toru berharap orangutan yang terluka itu cepat sembuh dari lukanya dengan harapan dapat segera dikembalikan ke habitatnya ekosistem Batang Toru," kata Dede.
Baca juga: NSHE mempertajam studi orang utan untuk amdal PLTA Batang Toru
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Dibuktikan tidak tidak pernah ada konflik yang terjadi antara masyarakat dengan orangutan di daerah ini," Kepala Desa Aek Batang Paya Candra Nainggolan kepada ANTARA, di Spirok, Minggu (22/9).
Apalagi kehadiran sesekali orangutan masuk ke wilayah areal perkebunan (jarak 1 kilometer dari desa) mereka bukannya mengganggu. Makanya dibiarkan bebas begitu saja dan malah mereka lindungi.
"Komitmen menjaga keberadaan orangutan tapanuli sudah merupakan kepedulian kami (masyarakat) sejak lama, itu tak boleh diganggu mencari makan," kata dia.
Terkait seekor orangutan yang terluka dan telah mendapatkan perawatan medis di pusat karantina dan rehabilitasi orangutan di Batu Mbelin Kabupaten Deli Serdang, dia mengaku prihatin.
Baca juga: 37 orangutan kena ISPA akibat kabut asap
Baca juga: PLTA Batang Toru prihatin ada orangutan terluka
"Saya cukup prihatin orangutan yang terluka yang belum diketahui pasti penyebabnya. Kalau konflik dengan warga jelas tidak ada. Bisa bisa terluka akibat berkelahi sesama hewan sejenis atau yang lain atau juga terjatuh dari pohon," sebutnya.
Diceritakannya, bahwa BBKSDA dan pihak kehutanan juga mengetahui orangutan tapanuli berada pada areal perkebunan warga setelah mendapatkan laporan warga bernama Irin Gultom.
"Orangutan diketahui terluka setelah pihak kehutanan mengambil gambarnya. Bekerjasama dengan BBKSDA orangutan itu berhasil dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis," kata Candra.
Ditegaskannya, bahwa melaporkan keberadaan orangutan itu ke pihak yang berkompeten sudah merupakan komitmen warga apabila ada menemui satwa dilindungi langsung dilapor ke pihak terkait.
"Tidak ada yang tahu kalau orangutan itu terluka sebelum pihak kehutanan mengabadikan gambarnya. Syukurlah kepedulian dan komitmen warga melaporkannya boleh dikatakan sudah menyelamatkan duka satwa langka itu, pada Rabu (18/9)" jelas Candra.
Sebelumnya juga PLTA Batang Toru sebagaimana diutarakan Publik Relation PT.NSHE pelaksana PLTA Dede Wafiza Ashia kepada ANTARA, Minggu merasa prihatin terhadap kabar seekor Orangutan Tapanuli terluka akibat belum diketahui pasti penyebabnya itu.
Diungkapkannya bahwa atensi PLTA Batang Toru terhadap konservasi di wilayah itu termasuk satwa liar dilindungi cukup tinggi.
Seperti mengadakan pelatihan serta membentuk kader konservasi berbasis kearifan lokal yang bekerja sama berbagai pihak, yaitu pemerintah daerah, akademisi/sekolah, LSM, dan masyarakat.
"PLTA Batang Toru berharap orangutan yang terluka itu cepat sembuh dari lukanya dengan harapan dapat segera dikembalikan ke habitatnya ekosistem Batang Toru," kata Dede.
Baca juga: NSHE mempertajam studi orang utan untuk amdal PLTA Batang Toru
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019