Isak tangis dari 167 keluarga korban kapal tenggelam di perairan Danau Toba, Sumatera Utara pada 18 Juni 2018, mewarnai peresmian monumen tragedi KM Sinar Bangun, Kamis (2/5), di kawasan Nagori Tiga Ras, Kabupaten Simalungun.
Keluarga korban larut dalam kesedihan saat tabur bunga dan dia, bahkan di antaranya sampai tidak sadarkan diri.
Iyan, warga Nagori Sait Buttu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, yang kehilangan lima anggota keluarganya, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Bupati Simalungun, JR Saragih.
Bupati memenuhi janji dengan memberikan bantuan kepada satu-satunya garis keturunannya yang tersisa, Alif (18 bulan).
Baca juga: Monumen Kapal Tenggelam di Simalungun berbiaya miliaran rupiah diresmikan
Cucunya itu masih mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten setiap bulannya Rp 1.000.000.
Monumen itu berupa rangka baja putih dengan bentuk kapal di atas tugu setinggi kira-kira delapan meter sebagai momentum pengingat, dan tempat ziarah.
Monumen dilengkapi prasasti yang menceritakan atau kronologis peristiea dan nama-nama penumpang selamat maupun yang meninggal.
Bupati mengatakan, kesedihan keluarga korban menjadi motivasi bagi Pemerintah untuk memberikan yang terbaik kepada keluarga korban, mulai dari pembangunan monumen hingga memberikan bantuan uang.
Dia berpesan kepada keluarga korban untuk prosesi ziarah di monumen, bukan lagi di pinggiran danau untuk keselamatan diri.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Keluarga korban larut dalam kesedihan saat tabur bunga dan dia, bahkan di antaranya sampai tidak sadarkan diri.
Iyan, warga Nagori Sait Buttu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, yang kehilangan lima anggota keluarganya, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Bupati Simalungun, JR Saragih.
Bupati memenuhi janji dengan memberikan bantuan kepada satu-satunya garis keturunannya yang tersisa, Alif (18 bulan).
Baca juga: Monumen Kapal Tenggelam di Simalungun berbiaya miliaran rupiah diresmikan
Cucunya itu masih mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten setiap bulannya Rp 1.000.000.
Monumen itu berupa rangka baja putih dengan bentuk kapal di atas tugu setinggi kira-kira delapan meter sebagai momentum pengingat, dan tempat ziarah.
Monumen dilengkapi prasasti yang menceritakan atau kronologis peristiea dan nama-nama penumpang selamat maupun yang meninggal.
Bupati mengatakan, kesedihan keluarga korban menjadi motivasi bagi Pemerintah untuk memberikan yang terbaik kepada keluarga korban, mulai dari pembangunan monumen hingga memberikan bantuan uang.
Dia berpesan kepada keluarga korban untuk prosesi ziarah di monumen, bukan lagi di pinggiran danau untuk keselamatan diri.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019