Medan (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memprakirakan perekonomian Provinsi Sumatera Utara tetap tumbuh menguat pada tahun 2026 di kisaran 4,9 persen hingga 5,7 persen di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Wilayah (KPw) BI Sumatera Utara Abdul Khalim mengatakan optimisme tersebut ditopang oleh sejumlah program strategis nasional dan daerah.
“Pada 2026, ekonomi Sumut diprakirakan tumbuh menguat di rentang 4,9 persen sampai 5,7 persen,” ujar Khalim dalam "BIG Conference 2025" yang digelar Harian Bisnis Indonesia wilayah Sumut-Aceh di Medan, Selasa.
Menurut Khalim, pertumbuhan tersebut didukung oleh implementasi program B50 (biodiesel) yang diperkirakan meningkatkan permintaan crude palm oil (CPO), efektivitas program Asta Cita seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan paket stimulus pendukung daya beli masyarakat, serta iklim investasi yang relatif kondusif.
“Kita juga melihat peningkatan target investasi di sejumlah kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus,” katanya.
Namun demikian, Khalim mengingatkan sejumlah risiko eksternal yang perlu diwaspadai, seperti perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Sumut, yakni Tiongkok dan Amerika Serikat.
Selain itu, potensi berlanjutnya perang tarif era Presiden AS Donald Trump serta proyeksi Bank Dunia (World Bank Forecast) terhadap harga komoditas global yang diperkirakan turun hingga 7 persen pada 2026 juga menjadi tantangan.
Ia menegaskan sektor pertanian, industri pengolahan, dan investasi harus terus diperkuat sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi daerah.
“Peningkatan keterampilan tenaga kerja dan pembangunan infrastruktur yang terkoneksi dengan pusat pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor penting,” ujarnya.
Sementara itu, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, PT Kawasan Industri Nusantara (Kinra), menyebut kawasan tersebut berpotensi menjadi pusat energi baru pertumbuhan ekonomi Sumut melalui hilirisasi komoditas unggulan.
Direktur PT Kinra Arif Budiman mengatakan sejak beroperasi pada 2015 hingga triwulan III 2025, KEK Sei Mangkei telah merealisasikan investasi sebesar Rp25,97 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 7.856 orang.
“KEK Sei Mangkei menjadi ruang kolaborasi antara industri besar, pelaku usaha lokal, dan inovasi berkelanjutan,” ujar Arif.
Dari sisi pengembangan kawasan industri, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut memperkenalkan Kawasan Industri Sumut (KIS) yang berlokasi di Tanjung Kasau, Kabupaten Batubara, sebagai proyek strategis Pemerintah Provinsi Sumut.
Wakil Ketua Umum Kadin Sumut Isfan Fachruddin mengatakan KIS memiliki luas 2,54 hektare dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Sumut.
“Lokasinya strategis karena dekat dengan Pelabuhan Belawan dan Kuala Tanjung serta didukung akses multimoda transportasi,” katanya.
BIG Conference 2025 yang mengusung tema “Unlocking North Sumatra's Potential: Collaboration for Economic Growth and Job Creation” dibuka oleh Wakil Gubernur Sumut Surya.
Surya menyampaikan sektor pertanian, industri pengolahan, dan pariwisata menjadi kekuatan utama ekonomi Sumut dalam menghadapi tekanan global.
Ia menyebut sektor industri pengolahan menjadi penopang utama ekonomi Sumut pada triwulan III 2025 dengan kontribusi sebesar 18,64 persen. Sementara itu, perdagangan luar negeri Sumut mencatat surplus sebesar 5,17 miliar dolar AS pada periode Januari–September 2025.
“Ke depan, Pemprov Sumut menyiapkan pengembangan kawasan ekonomi baru berbasis komoditas unggulan daerah agar pertumbuhan ekonomi merata,” ujar Surya
