Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengajak semua pihak di seluruh wilayah Indonesia untuk bersiap menghadapi potensi curah hujan tahunan periode Januari - Desember 2025, yang sudah mulai berlangsung dari November tahun ini.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin, mengatakan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan melanda sebagian besar wilayah Indonesia dengan intensitas curah hujan berkisar antara 1.000 – 5.000 mm per tahun
"Namun periode ini tidak akan terjadi anomali iklim. Hal ini dikarenakan ENSO (El Nino-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) berada dalam kondisi netral dan kondisi La Nina lemah diprediksi akan terus terjadi hingga awal tahun 2025," katanya dalam konferensi pers bertajuk "Pandangan Iklim 2025" yang disiarkan secara daring itu.
BMKG mengklasifikasikan terdapat 67 persen wilayah Indonesia yang berpotensi mendapatkan curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm/tahun pada tahun depan. Wilayah tersebut meliputi sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung bagian utara, Banten, Jawa Barat, Jata Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, sebagian Bali, sebagian kecil NTT, Kepulauan Maluku, dan Papua.
Selain itu terdapat sekitar 15 persen wilayah Indonesia yang diprediksi mengalami curah hujan tahunan di atas normal, antara lain sebagian kecil Aceh, Riau, Sulawesi bagian tengah dan utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan bagian selatan, sebagian kecil Sulawesi tenggara, sebagian kecil NTT, sebagian kecil kepulauan Maluku, dan sebagian Papua bagian tengah.
Gambaran kondisi iklim tahun 2025 ini dianggap oleh para ahli iklimatologi dan geofisika BMKG sebagai kesempatan strategis bagi wilayah-wilayah sentra pangan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, guna mendukung ketahanan pangan nasional.
Sementara di sisi lainnya, Dwikorita menggarisbawahi bahwa semua pihak mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, dan seterusnya, termasuk kalangan masyarakat untuk pula melakukan upaya dini mencegah bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi selama periode musim hujan tersebut.
Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terakhir pada tahun 2023 Indonesia mengalami lebih dari 5.400 kejadian bencana, 95 persen diantaranya adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, hingga badai atau angin kencang.
Upaya mitigasi dapat dilakukan seperti memastikan tidak ada penyumbatan saluran pembuangan air atau drainase, membersihkan aliran sungai dari sampah, menghindari daerah rawan bencana dan senantiasa melakukan pemantauan penuh sumber informasi dinamika cuaca dari BMKG dan lembaga terkait lainnya.
BMKG juga mendorong upaya pemanfaatan curah hujan ini untuk mengisi waduk, bendungan, irigasi, dan embung-embung air demi menjamin ketahanan air dan energi persiapan musim hari tanpa hujan yang dapat memicu bencana kebakaran pada hutan dan lahan tahun depan.
Kondisi tersebut salah satunya dikarenakan suhu udara permukaan rata-rata bulanan di wilayah Indonesia mulai Januari sampai dengan Desember 2025 diprediksi akan mengalami pergeseran berkisar antara +0.3 sampai dengan +0.6 derajat Celcius.
Hasil analisa BMKG ada satu persen wilayah Indonesia yang diprediksi mengalami hujan di bawah normal pada periode ini antara lain; Sumatera Selatan bagian barat, Bali, NTB, Maluku Utara, Papua Barat utara. Dwikorita menegaskan, meski hanya sebagian kecil tapi harus tetap waspadai kondisi hari tanpa hujan yang berkepanjangan terutama Bali, NTB dan NTT.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG ajak bersiap hadapi musim hujan mulai November sampai tahun 2025