Medan (ANTARA) - Universitas Negeri Medan (Unimed) menggelar seminar nasional dengan menghadirkan sejumlah pakar dan sejarahwan mengkaji secara ilmiah terkait kelayakan mengusulkan Prof. Dr. Midian Sirait sebagai pahlawan nasional dari Sumatera Utara kepada pemerintah pusat.
Sejumlah pakar yang menjadi pemateri dalam seminar yang digelar di Biro Rektor Unimed, Selasa, tersebut di antaranya Prof. Dr. Asvi Warman Adam (Guru Besar Sejarah, BRIN Jakarta), Prof. Dr. Syawal Gultom (Guru Besar Unimed), Prof. Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S, (Guru Besar Sejarah Unimed), Dra. Mira Riyati Kurniasih, M.Si. (Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos RI), dan Dr. Apt. Sampurno (Ahli Farmasi, Jakarta).
Para narasumber membedah sepak terjang Midian Sirait atas peran sertanya dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka dan keluar dari penjajahan Belanda dan Jepang.
Kelima narasumber sepakat menyatakan bahwa Midian Sirat sangat layak diusulkan menjadi pahlawan nasional dari Sumatera Utara kepada pemerintah pusat.
Ichwan Azhari menyebutkan berdasarkan kajian yang dilakukan mengenai sepak terjangnya, Midian Sirait sangat layak untuk diusulkan sebagai pahlawan nasional.
"Kami sudah melakukan berbagai kajian dan analisis secara mendalam terhadap tokoh yang luar biasa itu. Berdasarkan fakta-fakta sejarah sangat layak kita usulkan menjadi pahlawan nasional, karena jasa-jasanya sangat berperan dalam kemerdekaan Indonesia," katanya.
"Melalui seminar nasional yang kita gelar ini, dengan menghadirkan narasumber yang tepat, akan menjadi penguat kita untuk mengusulkan tokoh nasional Midian Sirat ini disetujui pemerintah menjadi pahlawan nasional," tambahnya.
Midian Sirait lahir November 1928 tidak hanya dikenal sebagai pakar farmasi, ia merupakan sosok pejuang kemerdekaan dari Desa Lumban Sirait Gu, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, Sumatera Utara yang lahir dari orangtua seorang petani dan pedagang.
Di tengah kondisi zaman serba terbatas, tak membuat Midian Sirait patah arang mengarungi kehidupan. Cita-cita yang ditanamkan pada dirinya dari seorang sang ayah untuk mencapai pendidikan setinggi-tingginya adalah modal paling utama.
Di masa menjalani sekolah, Midian Sirait dituntut pada suatu zaman yang kemudian membawanya kepada berbagai peristiwa penting di Porsea.
Di akhir Masa kolonialisme dan memasuki masa kependudukan Jepang di Porsea, Midian menyaksikan berbagai peristiwa penting terjadi.
Di masa transisi itu, benih-benih perjuangan dalam diri Midian Sirait timbul dan turut ambil bagian di medan pertempuran.
Pada tahun 1946, guna memenuhi seruan pemerintah dari Jawa, di Tapanuli, Porsea, dan Balige dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Midian Sirait serta para pelajar lainnya tidak mau ketinggalan dalam pengabdian kepada negara.
Kehidupan perjuangan semakin mewarnai diri Midian Sirait, bahkan mendewasakan hubungan Midian Sirait dengan badan-badan perjuangan serta organisasi-organisasi politik pada masa itu.
Paham kebangsaan juga semakin menebal di periode keterlibatan Midian Sirait mempertahankan kemerdekaan. Midian Sirait merupakan Ketua Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) sekawasan Danau Toba.
Sebagai Ketua IPI, Midian Sirait kemudian menjadi Kepala Staf Tentara Pelajar Batalion Arjuna yang membawahi kompi-kompi tentara pelajar dari sekolah-sekolah yang berbeda.
Pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi pertama yang hendak menduduki daerah-daerah perkebunan penting dalam perdagangan ekspor.
Midian Sirait sebagai kepala staf tentara pelajar ambil bagian dalam periode kedatangan tentara Belanda dengan mengamankan objek strategis dan jantung perekonomian masyarakat.
Midian Sirait boleh dikatakan memiliki pemikiran semakin berkembang tatkala ia berangkat dan mengenyam pendidikan di Jerman dan berhasil menyelesaikan studi dengan baik.
Keterlibatan Midian Sirait di PPI Jerman, semakin membuka cakrawalanya tentang pergolakan kaum terpelajar yang berada di Eropa baik dalam posisi sejajar maupun bersebrangan mengenai perkembangan Tanah Air.
Tiba di tanah air dan menetap di Bandung, Midian Sirait kembali beraktivitas sebagai seorang dosen di kampus ITB.
Atas dorongan tokoh-tokoh mahasiswa pada saat itu, Midian Sirait terpilih sebagai Wakil Rektor III ITB yang mengurus urusan kemahasiswaan (1965-1969).
Langkah-langkah yang dilakukan Midian Sirait antara lain melalui instruksi Menteri PTIP membersihkan perguruan tinggi dari oknum-oknum yang berafiliasi dengan PKI dan membekukan seluruh organisasi-organisasi yang memiliki afiliasi dengan PKI.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Unimed usulkan Prof Midian Sirait sebagai pahlawan nasional