Medan (ANTARA) - Festival Kampung Cempluk #14 menjadi saksi akan indahnya kolaborasi seni dan budaya dalam "Mantra Kopi" yang dibawakan oleh penyair Fikar W. Eda. Bersama para seniman Devie, Dega, Dewi, Elsa, Taufik Adi Nugroho, Anthus Pradipta, dan peracik musik Mahlibahar Puncak.
Mereka menghadirkan keunikan dari ekspresi budaya yang memadukan puisi, mantra, dan musik di panggung terbuka.
Fikar W. Eda memukau penonton dengan mantra kopi atau dikenal sebagai "mantra sengkewe," memberikan nuansa spiritual pada penampilan.
Dalam kolaborasi ini, mantra kopi dipadukan dengan "Ada Kopi Ada Cerita" dan puisi "Kopi Pagi Kopi Gayo," yang memberikan kesan mendalam tentang keseharian masyarakat yang diwarnai oleh kenikmatan secangkir kopi.
Keterlibatan para seniman perempuan seperti Devie, Dega, Dewi, dan Elsa, turut menghadirkan kekuatan dan kelembutan yang berbaur menjadi satu, menghidupkan suasana panggung dengan energi keberagaman budaya.
Tak hanya itu, Fikar W. Eda juga berkolaborasi dengan Duo Etnics dalam sebuah komposisi berjudul "Mantra Kopi." Kolaborasi ini menghadirkan kekuatan vokal dan permainan musik dari Duo Etnics yang berpadu indah dengan pembacaan mantra oleh Fikar di sela-sela nyanyian.
Penampilan ini menjadi momen unik di mana musik dan kata-kata saling melengkapi, membentuk harmoni yang membawa penonton menyelami kedalaman rasa dan tradisi kopi yang telah mengakar dalam budaya.
Festival Kampung Cempluk #14, yang diadakan di Malang, Jawa Timur, tahun ini sekali lagi menunjukkan bahwa seni dan budaya memiliki kemampuan untuk menyatukan, menginspirasi, dan merayakan keberagaman.
Pertunjukan "Mantra Kopi" menjadi simbol bagaimana tradisi, cerita, dan ritual yang telah ada sejak lama dapat dihidupkan kembali melalui ekspresi seni yang penuh makna.
Setiap penampilan menjadi bukti bahwa ada cerita di balik setiap tegukan kopi, dan melalui seni, cerita itu menjadi milik bersama.