Medan (ANTARA) - "Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman," sepenggal lirik lagu dari musisi ternama di era 70-an, Koes Plus, mengisyaratkan makna betapa suburnya alam Indonesia yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri
Bahkan sebutan Indonesia adalah sepanggal "Tanah dari Surga" itu cukup beralasan karena sumber daya alamnya melimpah tidak hanya di darat, tapi juga di laut dengan aneka ragam komoditasnya yang tersebar di 38 provinsi di Tanah Air.
Contoh saja Sumatera Utara, provinsi berpenduduk sekitar 15 juta jiwa ini tidak hanya dijuluki daerah perdagangan, tapi juga alamnya yang mempesona dan produk bumi dengan kandungan yang kaya akan produk pertanian dan perkebunannya.
Keunggulan Sumatera Utara, tentunya tidak hanya panorama kawasan Danau Toba yang selalu memanjakan mata, namun provinsi ini juga memiliki komoditas unggul dari kebun-kebun rakyat berupa kopinya yang beroma dan bercita rasa khas.
Kopi Sumatera Utara adalah permata di antara kekayaan kopi Indonesia, dengan keunikan cita rasa dan aroma yang khas, perpaduan sempurna kekayaan alam dan tradisi pertanian yang telah terjaga selama berabad-abad lalu.
Keunikan kopi Sumut ini mulai dari karakteristik rasa hingga proses budidayanya, ditambah dengan kondisi wilayah yang ideal untuk pertumbuhan biji kopi, tanah vulkanis yang subur, dipadu dengan iklim tropis, menciptakan lingkungan sempurna bagi tanaman kopi untuk berkembang.
Kopi dari daerah ini, terutama arabika dari mandailing sudah dikenal sebagai salah satu yang terbaik. Kopi mandailing biasanya ditanam di kawasan Mandailing Natal, tepatnya di Pekantan, di Desa Simpang Banyak, dan Desa Pagur juga terdapat Pakpak, serta Tanah Karo.
Citarasa yang khas dari kopi arabika mandailing yaitu tingkat keasaman yang rendah dan kekentalan yang tinggi, sehingga kopi jenis ini selalu menjadi pilihan utama pagi penikmat kopi untuk disajikan di pagi hari.
Banyak yang menyebutkan meneguk segelas kopi di pagi hari tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menjadi cara yang baik untuk memulai hari dengan positif.
Selain itu ada juga Kopi Sidikalang, yang tumbuh di kawasan pegunungan sekitar 1.500 mdpl. Kopi Sidikalang biasanya jenis arabika dengan kandungan kafein yang cukup tinggi, meski begitu setelah menyeruput kopi ini akan ada sedikit rasa manis terasa di lidah.
Lalu ada kopi kopi Lintong, namanya cukup unik diambil dari kata ‘Lintong Nihuta’, yang merupakan nama daerah tempat kopi ditanam, yaitu kecamatan Lintong Nihuta. Jenis kopi ini banyak digemari orang eropa karena rasanya kuat dan a aroma yang khas dengan bau herbal yang tercium dari kopi.
Selanjutnya ada kopi Tarutung, dengan jenisnya arabika dan robusta. Keistimewaan kopi Tarutung tersimpan pada kualitas rasa dan aromanya, karena didominasi rasa pahit, gurih, dan sedikit asam.
Uniknya, aroma kopi Tarutung ini pun sangat spesial, dengan wangi yang berbeda-beda karena terpengaruh oleh berbagai tanaman yang tumbuh di sekitarnya.
Banyak sekali jenis kopi dari Sumatera Utara yang bisa jadi pilihan bagi penikmat kopi, bahkan hingga Juli 2024, ekspor biji kopi lokal asal Sumut mengalami peningkatan sebesar 4,46 persen.
Berbagai inisiatif, seperti peningkatan kualitas pengolahan dan sertifikasi organik, turut mendukung daya saing produk kopi daerah ini.
Selain itu, pemerintah Sumut turut memberikan pelatihan untuk petani dan kolaborasi dengan lembaga swasta telah membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam budidaya kopi.
Satu kesempatan emas bagi masyarakat Sumatera Utara, ketika menunjuk daerah ini bersama Provinsi Aceh menjadi tuan rumah pelaksaan Pekan Olahraga Nasional (PON XXI) yang digelar pada 9 sampai 20 September 2024.
Momen ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh seluruh komponen masyarakat khususnya pelaku UMKM untuk memperkenalkan produk kopi unggulan daerahnya masing-masing.
“Menikmati kopi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan lifestyle masyarakat. Keharuman dan kenikmatan kopi diharapkan bisa memberikan semangat dalam merayakan PON yang sedang berlangsung di daerah kita,” ujar Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Sumatera Utara, Naslindo Sirait.
Melalui kegiatan Kopiforia Sumatera Utara dapat memberikan peluang ekonomi yang besar bagi pelaku UMKM di daerah tersebut. Kegiatan tersebut juga bisa memberikan literasi kepada generasi muda, mulai dari petani, barista hingga pedagang gerai kopi.
Selain mendorong UMKM untuk mempromosikan produk kopi unggulan, pihak Pemprov Sumut juga akan sering memberikan pelatihan kepada para barista atau pemilik gerai kopi dengan memperkenalkan teknik pembuatan kopi agar bisa disajikan dengan lebih nikmat.
Kopiforia yang digelar di Pekan Raya Sumatera Utara sebagai bagian dari side event untuk merayakan kemenangan para atlet sekaligus mempromosikan produk kopi unggulan dari provinsi ini.
Kopifora diadakan lomba meracik kopi V60, sebuah metode yang sangat popular di kalangan pecinta kopi karena dinilai bisa menghasilkan cita rasa kopi yang kompleks.
“Meracik kopi banyak metodenya, makin kesini aroma kopi sudah beragam, di acara ini ada lomba battle V60 dimana kopi diseduh secara manual menggunakan alat yang bernama V60 dan menggunakan filter untuk menyaring serbuk kopinya,” ujar Bima juara lomba battle V60 di iven Kopiforia.
Bima sendiri mengakui jika kopi Sumut khususnya kopi Sidikalang hingga kini masih menjadi primadona, sepengalamannya selama 4 tahun mencoba meracik kopi ia menemukan fakta bahwa setiap peracik kopi bisa menciptakan rasa yang berbeda.
“Setiap hari kopi semakin berkembang, jadi kesulitannya juga harus ikuti perkembangan metode atau Teknik membuat kopi agar nanti bisa lebih enak disajikan, karena beda tangan beda rasa,” tambahnya.
Dengan semua keunikan ini, kopi Sumatera Utara bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga representasi dari budaya, tradisi, dan keberagaman yang ada di daerah tersebut.
Menikmati secangkir kopi di kedai-kedai di Sumatera Utara adalah cara untuk merasakan kekayaan alam dan budaya yang ada di dalamnya.
Aroma kopi Sumut perpaduan kekayaan alam dan tradisi pertanian
Kamis, 19 September 2024 18:26 WIB 289