Medan (ANTARA) - Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Sumatera Utara percaya diri menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumut dengan raihan medali, mengingat kemajuan yang dicapai atlet pelatda Panahan sejauh ini semakin baik.
"Kemarin kita baru pulang kejurnas yang diikuti sejumlah atlet PON. Alhamdulillah kita bisa meraih 3 medali emas lima perak dan 10 perunggu. Itu tentunya pencapaian yang luar biasa dan akan menjadi modal untuk menghadapi PON nanti," kata Pelatih Panahan PON Sumut Budiono di Medan, Rabu.
Ia mengatakan, target medali emas di PON mendatang tentunya menjadi misi yang harus diwujudkan. Setidaknya misi yang diemban tim panahan Sumut adalah kembali merebut medali yang tak pernah lagi diraih 28 tahun lamanya.
Terakhir kali tim panahan Sumut berhasil menyabet satu medali emas, satu perak dan satu perunggu pada perhelatan PON 1996 silam. Kala itu tim panahan dilatih oleh Nazamuddin yang kini juga ikut melatih tim panahan Sumut.
"Kita punya target satu medali emas karena kita sudah puasa puluhan tahun dari 1996 sampai sekarang belum pernah merebut medali di PON," katanya.
Saat ini, kata dia, ada 18 atlet disiapkan untuk menghadapi PON mendatang yang saat ini sudah menjalani pemusatan latihan secara intensif.
Tak hanya itu, Budiono juga berencana merubah atmosfer latihan seperti layaknya arena pertandingan. Sehingga atlet tidak canggung lagi nantinya dan merasakan benar-benar seperti pertandingan.
"Persiapan sebenarnya sudah dilakukan sejak 2022, waktu itu hanya 5 atlet lalu 2023 bertambah menjadi 7 atlet dan 2024 masuklah pelatda 13 atlet dan sekarang sudah di SK-kan menjadi 18 atlet yang akan bertanding di PON," katanya
Ia mengaku, selama menjalani pemusatan latihan demi mematangkan persiapan menghadapi PON, tentunya banyak yang menjadi perhatian pelatih. Bukan hanya soal bagaimana kualitas atlet semakin baik dari hari ke hari, namun juga harus memperhatikan psikologis atlet.
Untuk itu kehadiran psikolog juga dinilai sangat penting untuk membangun komunikasi yang baik sehingga akan diketahui apa permasalahan yang dihadapi atlet.
"Contohnya sekarang zaman teknologi, mereka tidak megang hape, atlet merasa bagaimana? Kalau megang hape dia akan pecah konsentrasi. Inikan mereka butuh manajer pribadi, belum tentu juga hape itu kita pegang dia percaya, ini juga perlu kita pikirkan, " katanya.
Apalagi menurutnya panahan membutuhkan konsentrasi pada satu titik.
"Inilah yang perlu kita pikirkan bagaimana solusi dan penanganannya," katanya.