Medan (ANTARA) - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan pembangunan Gallery dan Cafe Pelataran Difabel, yang pengelolaannya dilakukan oleh para penyandang difabel merupakan bentuk kontribusi pada bangsa.
"Saya apresiasi pembangunan Gallery dan Cafe tersebut sebagai bentuk partisipasi dan kepedulian kepada saudara-saudara kita. Mereka tidak lagi menerima ‘ikan’ tetapi ‘kail’ sehingga mereka bisa mandiri,” ujar Edy Rahmayadi usai menandatangani prasasti peresmian Gallery dan Cafe “Pelataran Difabel," di Medan, Senin.
Menurut Edy Rahmayadi, para penyandang difabel memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berkontribusi pada bangsa.
Meski memiliki keterbatasan, para penyandang difabel tersebut punya kompetensi dan hak yang sama dengan lainnya katanya.
Edy Rahmayadi menyampaikan banyak potensi yang dimiliki penyandang disabilitas yang tidak dimiliki oleh mereka yang sempurna. Tinggal bagaimana mereka diberikan kesempatan untuk tampil. Ini terbukti atlet difabel Sumut menempati peringkat dua tingkat nasional.
“Mereka tidak butuh empati kita, yang mereka butuhkan adalah kesempatan untuk tampil dan diperlakukan setara dengan yang lainnya,” kata Edy Rahmayadi.
Mantan Pangdam I Bukit Barisan ini Juga berharap tempat ini dapat dikelola dengan baik dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan semangat dan kemandirian para penyandang difabel.
“Nanti kepala dinas bergantian berkunjung ke sini, bawa duit belanja di sini, sampai mereka bisa mandiri. Saya juga nanti akan ke sini ngopi, ini dekat dengan rumah orang tua saya, nanti saya singgah,” katanya.
Kepala Dinas Sosial Sumut Sri Suriani Purnamawati mengatakan kehadiran Galerry dan Cafe Pelataran Difabel ini sebagi wahana berhimpunnya para difabel untuk menunjukkan kreativitasnya. Walau selama ini para difabel sudah berkarya, tapi tidak semua orang tahu dan bisa melihatnya secara terus menerus.
“Jadi pelataran ini hadir tidak saja sebagai kafe dan gallery, tapi juga sebagai tempat pelatihan, pusat promosi produk-produk difabel, serta bentuk dukungan bahwa mereka bisa mandiri dan tidak lagi menjadi beban keluarga,” ujar Sri Suriani.
Ia menjelaskan, pemerintah sudah memfasilitasi bahwa dua persen penyandang difabel dipekerjakan di sektor pemerintah dan satu persen di perkerjakan di sektor swasta. Tapi masih ada rasa ketidakpercayaan masyarakat untuk memperkerjakan difabel.
“Jadi kita buka ruang bagi teman-teman difabel agar masyarakat semakin peduli, dibalik kekurangan pasti ada kelebihan tinggal kita maksimalkan lagi,” katanya.
Sri juga mengatakan, Galerry dan Cafe Pelataran Difabel merupakan pertama kali ada di Sumut bahkan, di Indonesia.
"Ke depan, kita akan menduplikasi ke tempat-tempat lain dan tahun depan akan didaftarkan sebagai inovasi dari Pemprov Sumut, sehingga bisa menambah jumlah prestasi yang telah diterima saat ini," sebutnya
Gallery dan Cafe Pelataran Difabel ini didirikan atas dukungan dana CSR baik BUMN dan BUMD yang memiliki koperasi dengan sistem pengelolaan berbasis charity.