Medan (ANTARA) - Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Sumatera Utara menyatakan, mahalnya harga daging ayam terjadi karena harga pakan yang tinggi.
"Daerah-daerah di seluruh Indonesia mengalami hal yang sama. Bahan baku pakan ternak 50 persennya masih impor sehingga harganya mahal," ujar Kepala Seksi Pengendalian Barang Pokok Harga dan Promosi (PBPHP) Disperindag ESDM Sumut Iskandar Zulkarnaen kepada ANTARA di Medan, Rabu.
Selain itu, ia melanjutkan, tingginya harga juga disebabkan oleh banyaknya peternak yang belum beroperasi dengan normal.
Di antara peternak ayam tersebut bahkan ada yang sama sekali tidak berproduksi lagi.
"Banyak peternak yang belum beroperasi dengan normal dan bangkrut," kata Iskandar.
Dipantau di Sistem Harga Pangan Komoditas Utama Sumatera Utara (SiHarapanKu), Rabu (7/6), harga daging ayam broiler atau ras berada di kisaran Rp29.000 sampai Rp47.138 per kilogram.
Harga daging ayam terendah ada di Kabupaten Asahan, sementara yang termahal ditemukan di Sibolga.
Hal tersebut dipandang perlu mendapatkan perhatian serius nilainya sudah melewati harga acuan penjualan ke konsumen yang ada di Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Harga Acuan Pembelian Di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras dan Daging Ayam Ras.
Pada regulasi tersebut, pemerintah menetapkan harga acuan penjualan di konsumen untuk daging ayam ras adalah Rp36.750 per kilogram.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut sebelumnya sudah mengingatkan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mengantisipasi harga daging ayam ini.
Sebab, berdasarkan catatan BPS Sumut, rata-rata harga daging ayam ras di Sumut terus meningkat. Pada Mei 2023 adalah Rp34.160 per kilogram, lebih tinggi dari pada bulan sebelumnya, April 2023, yaitu Rp29.130 per kilogram.
Tingginya harga daging ayam ras tersebut membuat komoditas itu menjadi salah satu penyumbang terbanyak (0,17 persen) inflasi bulanan Sumut pada Mei 2023 yang tercatat 0,27 persen.