Di tempat yang kualitas vegetasinya bagus, kondisi air permukaan dan air tanahnya diyakini cukup untuk menumbuhkan tanaman pangan.
"Kita sudah melewati beberapa kali El Nino. Namun, hutan dan perkebunan tidak habis, kan? Tetap ada. Artinya, cadangan air bumi termasuk air tanah dan air permukaan harus diperkuat dan dipertahankan," ujar Abdul Rauf.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, ada 50-60 persen peluang terjadinya El Nino di Indonesia pada semester kedua tahun 2023 dengan puncaknya diyakini pada Agustus.
Salah satu dampak El Nino yang sangat diwaspadai adalah terjadinya gagal panen. Gagal panen ini akan membuat kurangnya stok beras yang berujung pada meningkatnya harga.
Berdasarkan BMKG, El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan itu meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.