Medan (ANTARA) - Wali kota Medan Bobby Nasution meminta penanganan bagi penderita stunting atau kekerdilan pada bayi usia di bawah lima tahun agar tidak cara monoton.
"Saya minta agar penanganan masalah stunting yang dilakukan tidak monoton," ucap Bobby di Medan, Sumut, Jumat.
Meski Pemkot Medan telah melakukan intervensi lewat banyaknya program, lanjut dia, namun persoalan stunting hingga kini masih ada di ibu kota Provinsi Sumatera Utara.
Wali kota menyebut tahun ini perangkat daerah terkait tidak memberikan makanan ultra olahan, seperti biskuit sesuai arahan Presiden Jokowi karena tidak berdampak mengatasi stunting.
Data Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Medan di Oktober 2022 menyebutkan, jumlah penderita stunting mengalami penurunan 364 balita dari 550 balita di Februari 2022.
"Sebagai gantinya bisa memberikan bantuan ayam petelur bagi keluarga terkena stunting maupun keluarga rentan terkena stunting untuk dipelihara," tuturnya.
Telur ayam rasa tersebut bisa dikonsumsi dan dijual untuk menambah penghasilan, sebab salah satu penyebab stunting akibat faktor ekonomi, ungkap Bobby.
Wali kota juga menginstruksikan kepada seluruh camat di Kota Medan untuk mengintervensi penanganan stunting di wilayahnya masing-masing.
Diketahui, Wali Kota Medan Bobby Nasution tahun lalu mewajibkan seluruh pejabat eselon II dan III serta 21 camat menjadi bapak asuh anak stunting di Kota Medan, Sumatera Utara.
Program bapak asuh anak stunting setiap bulan wajib memberikan bantuan asupan nutrisi dan gizi berupa uang tunai sebesar Rp500 ribu selama enam bulan ke depan kepada anak penderita kekerdilan.
"Termasuk menggunakan dana kelurahan guna mengatasi masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga terganggu pertumbuhan anak itu," ucap Bobby.
Wali Kota Medan minta penanganan stunting tidak monoton
Jumat, 20 Januari 2023 8:48 WIB 1493