Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam waktu dekat bersinergi dan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemkes) dan pemangku kepentingan terkait, seperti perguruan tinggi dan lembaga riset lain untuk menelusuri penyebab hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
"BRIN siap membantu, mendukung, berkolaborasi serta bersinergi dengan Kementerian Kesehatan dan institusi terkait seperti perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya," kata Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Ni Luh P Indi Dharmayanti dalam Sapa Media BRIN secara virtual di Jakarta, Kamis.
Merespons fenomena hepatitis akut, Indi menuturkan BRIN akan melakukan sejumlah kegiatan riset, yakni analisis molekuler dan diversitas genetik penyebab hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya.
Baca juga: Dokter ingatkan orang tua tak panik saat temukan gejala awal hepatitis
BRIN akan melakukan pengurutan genom menyeluruh (whole genom squencing) untuk memahami epidemiologi dan fenotipe hepatitis akut.
BRIN juga akan melakukan metagenomik pada darah dan jaringan, mengembangkan perangkat diagnostik, riset deteksi dini dan respons cepat terhadap penyakit hepatitis akut, eksplorasi dan pengembangan bahan baku obat dan obat tradisional untuk hepatoprotektor.
BRIN juga akan melakukan riset terkait penegakan diagnostik dan pengembangan terapi termasuk uji klinik obat, dan reverse transcriptas-PCR multipleks untuk deteksi simultan virus-virus hepatitis,
Selain itu, BRIN akan melakukan penelitian tentang mekanisme silvestrol senyawa alami dalam menghambat replikasi virus hepatitis secara in vitro dan in vivo.
BRIN sebagai lembaga riset nasional akan mengerahkan sumber daya manusia periset andal dan peralatan yang cukup lengkap dan memadai yang dimiliki untuk melakukan kegiatan riset terkait hepatitis akut.
Kementerian Kesehatan diharapkan dapat memberikan akses kepada BRIN untuk dapat mengakses sampel-sampel dari kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia, sehingga riset yang dibutuhkan dapat segera dilakukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) pada 15 April 2022.
Hingga 10 Mei 2022, telah muncul 348 kasus probable hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya di 20 negara. Virus hepatitis akut hingga kini belum diketahui sumber penyebabnya, dan diperkirakan penyebaran virus tersebut akan terus bertambah.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.
Sementara di Indonesia, hingga 9 Mei 2022 tercatat 15 kasus diduga terjangkit hepatitis akut tersebut, yang masih perlu dijelaskan apakah kasus itu termasuk klasifikasi WHO probable, epi-linked atau masih pending, sehingga membutuhkan investigasi lebih lanjut.