Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemkes) mengimbau masyarakat tidak ragu untuk melakukan tes COVID-19 jika mengalami kontak erat dengan pasien COVID-19.
"Kami meminta masyarakat untuk tidak takut melakukan testing (tes) apalagi yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19,” kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemkes Siti Nadia Tarmizi M.Epid dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.(18/2)
Kemkes juga mengimbau masyarakat untuk tidak takut menjalani karantina atau isolasi mandiri (isoman) karena Kemkes menyediakan layanan telemedisin dan konsultasi dengan tenaga kesehatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk memantau perkembangan kesehatan warga.
Baca juga: Pakar UGM: Sinar matahari pengaruhi kesehatan mental
Masyarakat dalam masa isoman dan isolasi terpusat diberikan layanan konsultasi kesehatan secara gratis baik melalui platform telemedisin maupun dari petugas kesehatan yang ada di puskesmas.
Kemkes juga menyediakan paket obat dan multivitamin bagi pasien isoman dan isolasi terpusat secara gratis agar segera pulih.
"Kami mengimbau agar masyarakat berkolaborasi dalam upaya pencegahan seperti kooperatif untuk melakukan testing (pengujian) dan tracing (pelacakan kontak), serta memperkuat protokol kesehatan untuk menjaga diri dari tertular COVID-19," ujar Nadia.
Nadia juga meminta masyarakat untuk segera melengkapi vaksinasi dan melakukan vaksinasi dengan dosis penguat apabila sudah saatnya menerima vaksin penguat.
Ia mengatakan aktivitas pengujian dan pelacakan kontak erat sangat penting dalam mencegah penyebaran COVID-19.
Penguatan pengujian, pelacakan kontak dan pengobatan menjadi beberapa upaya pencegahan yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mengendalikan COVID-19. Hingga Kamis (17/2) jumlah spesimen yang diuji secara nasional cukup tinggi, yakni 572.855 spesimen.
Selain mengendalikan rasio keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR) secara nasional agar tidak melebihi 60 persen, Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk menjaga ketersediaan pelayanan kesehatan untuk penanganan COVID-19.
Pemerintah terus menjalankan strategi hanya pasien bergejala sedang hingga kritis saja yang boleh dirawat di rumah sakit (RS).
Sementara, orang tanpa gejala (OTG) atau bergejala ringan diimbau untuk isoman di rumah atau isolasi terpusat di tempat-tempat yang disediakan pemerintah. Itu dilakukan untuk mengurangi beban pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang bertugas di RS.
"Kebutuhan tenaga kesehatan untuk menghadapi kondisi terburuk juga tengah dipersiapkan. Kekurangan tenaga kesehatan masih dapat diatasi melalui pengaturan sumber daya manusia sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan," tutur Nadia.
Secara internal rumah sakit dapat melakukan pengaturan jadwal bergantian bagi tenaga kesehatan yang bertugas di bagian perawatan COVID-19 dan juga bisa memobilisasi tenaga kesehatan dari unit lain untuk membantu pelayanan perawatan COVID-19.
"Dilakukan juga penyediaan transportasi antar jemput dan akomodasi untuk staf, mengurangi atau menunda layanan non emergensi, serta meningkatkan layanan telemedisin," kata Nadia.
Tenaga kesehatan dan dokter yang sedang melaksanakan isoman karena OTG, akan bisa diperbantukan untuk menjalankan konsultasi telemedisin pada pasien COVID-19 yang menjalankan isoman.
Selanjutnya, strategi eksternal rumah sakit dilakukan dengan mobilisasi relawan seperti ko-asisten (koas) dan orang yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), koordinasi dengan organisasi profesi dalam penyediaan tenaga cadangan untuk membantu.
Rumah sakit juga dapat memobilisasi tenaga kesehatan rumah sakit dari wilayah kasus COVID-19 rendah ke tinggi, memobilisasi mahasiswa akhir di institusi pendidikan kesehatan terutama membantu dalam administrasi.
Di samping itu, rumah sakit dapat memobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas di non- fasilitas kesehatan atau administrasi kesehatan untuk membantu merawat pasien COVID-19 dengan dipayungi oleh regulasi izin praktik.