Jakarta (ANTARA) - Amerika Serikat tidak akan mengirim pejabat pemerintah untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin 2022 dikarenakan alasan "kekejaman" hak asasi manusia China, setelah Beijing mengancam "tindakan balasan" terhadap boikot diplomatik.
Presiden AS Joe Biden bulan lalu mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan boikot semacam itu di tengah kritik terhadap catatan hak asasi manusia China, termasuk apa yang disebut Washington sebagai genosida terhadap minoritas muslim di wilayah barat Xinjiang.
Langkah itu -- meskipun ada upaya baru-baru ini untuk menstabilkan hubungan melalui pertemuan video bulan lalu antara Biden dan pemimpin China Xi Jinping -- semakin membebani hubungan kedua negara adidaya, yang telah berada di titik terendah dalam beberapa dekade.
"Pemerintahan Biden tidak akan mengirim perwakilan diplomatik atau resmi ke Olimpiade Musim Dingin dan Paralimpiade Beijing 2022 mengingat genosida dan kejahatan terhadap kemanusian RRC yang sedang berlangsung di Xinjiang dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya," ujar sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki dikutip dari Reuters, Selasa.(7/12)
Baca juga: Nama Greysia-Apriani diabadikan jadi nama gedung olahraga di Jakarta
"Perwakilan diplomatik atau resmi AS akan memperlakukan pertandingan ini sebagai bisnis seperti biasa dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan dan kekejaman di Xinjiang, dan kami tidak bisa melakukan itu," kata Psaki, merujuk pada Republik Rakyat China.
Namun, Psaki mengatakan boikot diplomatik, yang didorong oleh beberapa anggota kongres dan kelompok advokasi hak selama berbulan-bulan, tidak akan mempengaruhi kehadiran atlet Amerika.
"Atlet-atlet tim AS mendapat dukungan penuh dari kami. Kami akan mendukung mereka seratus persen dengan kami menyemangati mereka dari rumah," tutur Psaki.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat telah berkonsultasi dengan sekutu mengenai "pendekatan bersama" untuk Olimpiade Beijing. Namun tidak jelas apakah mereka akan mengikuti jejak AS.
"Kanada tetap sangat terganggu dengan laporan pelanggaran hak asasi manusia di China," kata kementerian luar negeri Kanada.
"Kami diberitahu tentang keputusan AS dan kami akan terus mendiskusikan masalah ini dengan mitra dan sekutu kami," tambahnya.
Boikot diplomatik tersebut juga menempatkan sponsor Olimpiade di "posisi yang canggung."
"Masalah yang paling penting (untuk sponsor) adalah apakan tim AS akan hadir," kata mantan presiden CBS Sports Neal Pilson, yang mengawasi kesepatakan hak siar Olimpiade.
Terkait keinginan pemerintahan Biden agar perusahaan-perusahaan Amerika memboikot Olimpiade, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan bahwa pemerintah tidak akan mendikte praktik sektor swasta, tetapi perusahaan harus "sepenuhnya sadar" tentang apa yang terjadi di Xinjiang.
Juru bicara dari NBC Universal milik Comcast, yang menyiarkan Olimpiade Beijing di Amerika Serikat, menyatakan akan tetap menyiarkan acara tersebut dari China.
Kedutaan China di Washington menyebut langkah AS sebagai "manipulasi politik" karena tidak ada undangan yang diberikan kepada politisi AS sejak awal.
"Faktanya, tidak ada yang akan peduli apakah orang-orang ini datang atau tidak, dan itu tidak berdampak apa pun pada Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 yang akan diselenggarakan dengan sukses," kata juru bicara kedutaan Liu Pengyu.
Sebelumnya, kementerian luar negeri China mengatakan Beijing akan mengambil "tindakan balasan yang tegas" jika Washington melanjutkan boikot seperti itu, tetapi mereka tidak menjelaskannya lebih lanjut.
Amerika Serikat selanjutnya akan menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2028 di Los Angeles, yang juga menimbulkan pertanyaan tentang respons China.