Medan (ANTARA) - Perkembangan teknologi di era digitalisasi 4.0 menuntut penyuluh pertanian meningkatkan kemampuan. Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan terus berupaya meningkatkan kemampuan mahasiswanya.
Salah satu caranya Polbangtan Medan menggelar kuliah umum bertema Peluang dan Tantangan Profesi Penyuluhan di Era 4.0 secara offline di Aula Polbangtan Medan dan online melalui Youtube Polbangtan Medan (29/11). Pesertanya adalah seluruh Dosen dan Mahasiswa Polbangtan Medan serta masyarakat umum.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melihat bahwa penentu pertanian yang baik salah satunya peran penyuluh. Untuk itu Mentan berharap penyuluh melengkapi diri dengan memiliki kemampuan Internet of Things (IOT), Teknologi 3D, Cerdas/Kreatif dan adaptif pada teknologi.
Baca juga: Melalui pembinaan karakter, Kementan bangun sinergitas dan solidaritas pegawai Polbangtan
“Kalian itu sangat penting, kalian adalah Kopasus dari Kementerian Pertanian. Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang pertanian yang profesional dilakukan melalui pendidikan, pelatihan vokasi maupun sertifikasi profesi," kata dia.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, melalui program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), Kementan memberikan kesempatan yang lebih luas lagi untuk penyuluh pertanian yang telah memiliki pengalaman kerja, untuk dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi.
"Di tengah kemajuan yang begitu pesat, SDM pertanian kita juga harus terus ditingkatkan kualitasnya. Selain untuk dirinya sendiri, ini juga untuk mencapai pertanian yang maju, mandiri dan modern," kata Dedi.
"Peningkatan kualitas SDM ini akan sejalan dengan peningkatan produktivitas pertanian. SDM itu menyumbang 50 persen terhadap peningkatan produktivitas pertanian," tambahnya.
Saat membuka kegiatan, Direktur Polbangtan Medan Yuliana Kansrini mengatakan bahwa tantangan profesi penyuluhan di Era 4.0 harus dihadapi. Artinya, mahasiswa yang nanti akan menjadi seorang penyuluh harus tahu tentang penggunaan teknologi sebagai bagian yang penting saat melaksanakan tugas di lapangan.
Baik dalam membantu program-program pemerintah khususnya Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Kami mengharapkan peserta dapat memperoleh pengetahuan baik dari hasil sharing dari narasumber yang diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan terkait bagaimana seorang penyuluh di lapangan dengan zaman yang serba teknologi,“ kata Yuliana.
“Mahasiswa diharapkan bisa mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan sesuai dengan kebutuhan zaman. Petani sudah serba digital sementara penyuluh masih bersifat konvensional. Jangan sampai penyuluh ketinggalan,” tambahnya.
Kepala Prodi Pasca Sarjana Unila, Sumaryo Gitosaputro yang hadir sebagai Narasumber mengatakan era digital berpotensi untuk mengubah setiap aspek kehidupan sehari- hari. Mulai dari bagaimana orang membuat keputusan, meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experiences), dan menciptakan model bisnis baru untuk mengoptimalkan rantai nilai hingga adanya efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Tantangan cukup berat karena saat ini kita masuk ke era industry 4.0 terutama dalam meningkatkan kualitas SDM. Dimana mahasiswa yang nanti bergerak di bidang pertanian khususnya penyuluhan dalam mendampingi petani harus bisa meningkatkan kualitas produk pertanian dan kapasitas petani sehingga petani dapat meningkatkan pendapatannya,“ kata Sumaryo Gitosaputro.