Sibolga (ANTARA) - Mempelajari silsilah suatu suku bukanlah hal mudah. Apalagi itu bukan suku sendiri, tentu dibutuhkan keseriusan dan rasa cinta akan suku itu.
Hal itulah yang dipedomani I Kiong Tan, etnis chinese yang tinggal di Sibolga, Sumatera Utara.
Pemahaman pria berusia 58 tahun ini akan Tarombo (Silsilah orang Batak) layak diacungi jempol. Di mana dia hafal dan paham memaparkan Tarombo marga-marga Batak.
Kepada media ini, ayah dua orang anak itu menuturkan dengan jelas silsilah orang Batak, sampai dengan rumpun marga-marga yang di dalamnya.
Berkat keahliannya akan Tarombo orang Batak, pria yang tinggal di Jalan Horas Nomor 43 Sibolga Sambas, Sumatera Utara ini, kerap didatangi orang-orang Batak untuk belajar Tarombo marganya. Dengan senang hati, I Kiong menjelaskan apa-apa saja marga yang masuk dalam rumpun marga orang yang datang bertanya kepadanya.
Dia pun punya pengalaman yang sedikit kurang enak sewaktu dicela, tahu apa tentang Tarombo Batak, karena dia bukan orang Batak melainkan orang Chinese.
Merasa pemahamannya dijengkali, pria yang menggeluti dunia bisnis di Sibolga sejak tahun 2006 itu adu ilmu Tarombo Batak. Hasilnya, orang yang mencelanya angkat topi akan kemampuan I Kiong.
"Dia (yang mencela itu) hanya paham sirsilah marganya saja. Dan waktu saya tanya marga apa saja yang masuk dalam rumpun mereka, bahkan naik ke sirsilah marga nenek moyangnya, dia mulai injak rem, karena dia tidak tahu lagi. Saat itulah saya paparkan sirsilah marga mereka mulai dari atas sampai dengan ke generasi mereka. Sejak itulah dia sering komunikasi dan diskusi bersama. Bahkan menjadi teman," kenangnya.
Sedangkan pengalaman enaknya, dia pernah dapat ikan dari pedagang ikan yang ada di pasar Sibolga. Di mana waktu itu dia sedang belanja, dan mencoba kenalan dengan pedagang ikan. Karena bisa menjelaskan tentang Tarombo pedagang ikan itu, dia pun mendapat ikan gratis. Demikian juga kalau sedang berada di warung kopi dan lapo tuak, dia sering mendapat bayaran gratis, karena sudah dibayar teman satu mejanya.
“Banyak hal positif yang saya dapat dengan memahami tarombo Batak ini. Saya tidak pernah terlantar ke mana pun, karena selalu ada teman, yaitu yang dimulai dengan kenalan sampai bertarombo,” ungkapnya bangga.
Lantas dari mana I Kiong Tan paham akan Tarombo orang Batak itu? Kepada ANTARA, pria kelahiran Sungai Berombang, Kabupaten Labuhan Batu itu menceritakannya.
“Kalau asal nenek kami dari Taiwan, dan merantau ke Labuhan Bilik lewat laut kala itu. Nenek kami memulai usaha niaga di Labuhan Bilik sampai ke Sungai Berombang, Labuhan Batu. Di Sungai Berombang, saya punya ayah angkat marga Sitorus. Bapak itulah yang mengajari saya tentang Tarombo orang Batak sejak saya masih kelas dua SD. Dan saya sendiri sudah diangkatnya menjadi marga Sitorus, yaitu, Sitorus Pane nomor 14,” ungkapnya mengawali.
Dikatakan I Kiong, ayah angkatnya sangat getol menjelaskan sejarah marga-marga Batak kepadanya. Dan untuk menambah semangatnya menghafal marga-marga Batak, ayah angkatnya itu memberikan bonus Rp25 rupiah setiap bisa menghafal marga-marga Batak.
“Bapak saya itu cukup kreatif! Agar saya cepat menghafal marga-marga orang Batak, saya dikasih uang dua puluh lima rupiah. Jaman saya dulu, sudah lumayan banyak itu untuk uang jajan. Akhirnya, saya semakin semangat menghafal marga-marga Batak sampai bisa hafal luar kepala. Setelah Bapak melihat kemampuan saya untuk menghafal, Bapak melanjutkan hafalan ke bagian marga-marga yang masuk dalam satu rumpun, seperti: Lontung, Parna, Borbor, Tuan Dibagarna, Raja Sonang, Sonak Malela, Si Opat Pisoran, Si Bagotni Pohan, Sipitu Ama, Silau Raja, Raja Oloan, Limbong Mulana, Sibarani Sipartano Naiborngin, dan marga-marga yang lain, termasuk marga Dongan Sapadan (Teman sejanji) marga Batak,” ucapnya.
Setibanya I Kiong di Sibolga tahun 2006, ilmu Tarombonya pun semakin diperdalamnya. Ia pun terus belajar dan diskusi dengan orang-orang Batak yang lebih tua yang ada di Sibolga.
“Saya sering diskusi dan belajar dengan raja adat yang ada di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Dari hasil diskusi itu, pemahaman saya akan Tarombo Batak semakin bertambah. Kuncinya, mau belajar dan tidak perlu merasa malu. Justru mereka (para raja adat) merasa bangga ada orang Chineses yang mau belajar Tarombo Batak. Dan sekarang, banyak orang yang heran, kok bisa ya orang Chineses tahu Tarombo orang Batak,” ujarnya tertawa lepas.
Atas kelebihannya menguasai Tarombo orang Batak, ayah dari Jimmy Taranoo ini diangkat menjadi penasihat organisasi Pemuda Batak Bersatu (PBB) Sibolga-Tapanuli Tengah.
Bukan itu saja, I Kiong pun sudah mengangkat marga terhadap istrinya, Sri Harnani yang sudah almarhum beberapa tahun lalu, menjadi boru Saruksuk mengikut marga dari ibu angkatnya. Kalau aslinya marga Tan juga.
Dia pun mengaku bangga dan senang sudah menjadi bagian dari suku Batak.
“Itulah kelebihan suku Batak, diikat kuat dengan Tarombo dan adatnya. Jadi, jangan pernah remeh terhadap Tarombo, karena itu adalah identitas kita sebagai orang Batak. Dan Tarombo Batak itu bukan cerita dongeng! Itu nyata adanya. Pesan saya kepada para kawula muda Batak, jangan pernah malu menjadi orang Batak, justru banggalah menjadi orang Batak,” tandasnya.
Ditanya apakah suku Chineses memiliki Tarombo juga?
Menurut ayah dari Johan Tanaroo ini, yang ada itu hanya marga saja. Tidak ada rumpunan marga atau persatuan (parsadaan) marga, maupun teman sejanji marga (padan) seperti orang Batak.
“Itulah kelebihan dan keunikan suku Batak. Banggalah kita sebagai orang Batak,” pujinya lagi.
Kelebihan yang dimiliki I Kiong ini pun mulai diturunkannya kepada putra sulungnya Jimmy Tanaroo, yang saat ini menjabat Ketua Umum Persatuan Bina Raga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Kabupaten Tapanuli Tengah. Tak jarang I Kiong menyuruh Jimmy untuk sering berbaur dengan orang Batak, dan belajar Tarombo.
“Saya selalu tekankan kepada Jimmy dan Johan, bahwa mereka adalah marga Sitorus, dan mamaknya adalah boru Saruksuk. Jadi, setiap ketemu dengan marga Sitorus dan marga Saruksuk harus berani memperkenalkan diri dan martarombo,” pesan I Kiong yang dijuluki sebagai Chiban alias China Batak.
Di akhir bincang-bincangnya dengan ANTARA, I Kiong pun mengaku, sudah ada beberapa media yang mau mengangkat kisahnya, tetapi baru ke ANTARA dia berkesempatan.