Tapanuli Tengah (ANTARA) - Kebutuhan akan ikan lele untuk Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sebanyak dua ton per harinya.
Kebutuhan tersebut tergolong tinggi, karena produksi lele dari kedua daerah itu tidak mencukupi kebutuhan pasar.
Alhasil, ikan lele harus didatangkan dari luar kota, seperti dari Sidimpuan dan Kabupaten Simalungun.
Menurut DR Lucien Sitanggang, selalu Kepala Balai Penelitian Ikan Terpadu Sibolga-Tapteng, produksi ikan lele yang ada di kedua daerah hanya sekitar 400 Kg/ hari, karena sistemnya masih tradisional, belum budi daya intensif.
Untuk itulah, Lucien melihat, usaha ikan lele sangat potensial di Sibolga-Tapteng.
"Melihat tingginya kebutuhan ikan lele di Sibolga-Tapteng, maka peluang ini bisa menjadi bisnis yang potensial," kata Lucien saat bincang-bincang dengan ANTARA, Kamis, (15/9) di Pandan.
Baca juga: Pemkot dan DPRD Sibolga terima penghargaan dari Kanwil Jamsostek Sumbagut
Dia pun mengungkapkan, beternak ikan lele tidaklah terlampau sulit, dan modalnya juga tidak begitu besar. Yang dibutuhkan itu adalah keseriusan, karena pangsa pasarnya sudah tersedia.
Akibat kebutuhan yang tinggi itu, kata Lucien, harga ikan lele menjadi tak terkontrol, dan sesuka hati para penampung atau distributor.
Untuk diketahui, jenis iklan lele yang banyak dikonsumsi di Sibolga-Tapteng adalah, Lele Dumbo, dengan harga tolak Rp19.000/Kg. Sedangkan harga eceran Rp25.000/Kg.
Jika seandainya kebutuhan lele dapat terpenuhi tanpa diimpor dari luar Sibolga-Tapteng, Lucien yakin harga pasti dapat dikontrol.