Tapanuli Utara (ANTARA) - Alan Sahroni, owner Alfiber yang merupakan lulusan STT Tekstil Bandung, dan peraih sejumlah penghargaan untuk kategori inovasi teknologi tepat guna menjelaskan, pembuatan benang dari serat daun nanas dapat dilakukan dengan mudah dan menggunakan peralatan sederhana.
"Proses pembuatan benang dari serat daun nanas, setidaknya membutuhkan sejumlah peralatan, baik itu pengerok dari bambu, gunting, bobin palet," sebut Alan, Rabu (23/6), di tengah agenda Bimtek IKM tenun ulos di GNB Lake Resort Muara, Tapanuli Utara, Sumut.
Baca juga: Kapolda Sumut prihatin, 147 warga Taput terkonfirmasi COVID-19
Awalnya, daun nanas yang sudah disiapkan direndam terlebih dahulu sekitar 1-2 jam agar lebih lembut dan mudah dikerok, serta membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada daun.
Selanjutnya, sisi bagian dalam daun dikerok dengan menggunakan bambu yang dihaluskan hingga terlihat serat-seratnya.
Pengerokan dimulai dari pangkal hingga ujung daun, dan tidak boleh terlalu kuat agar seratnya tidak putus.
Setelah itu, serat yang terlihat akan diambil secara hati-hati agar serat tidak putus dan kusut yang dimulai dari bagian pangkal daun.
Serat yang dihasilkan dijemur di bawah sinar matahari sampai kering dan warna serat menjadi putih.
Kemudian, serat yang sudah kering disambung dengan tangan menggunakan teknik sambung tenun.
Selanjutnya, pemaletan dengan menggulung benang dari bentuk untaian menjadi bentuk bobin pakan atau palet.
Dan hasilnya, serat daun nanas yang sudah menjadi benang bisa dijadikan benang pakan pada proses pertenunan.
Namun, untuk kebutuhan produksi yang dilakoni, kini dirinya telah menggunakan mesin dekortikator yang memiliki keunggulan ekstraksi, dimana kapasitas produksi serat lebih banyak, yakni 3-4 kg per hari.
Demikian halnya dengan pemanfaatan limbah yang lebih optimal, mesin portable, serta bisa digunakan untuk mengekstraksi serat alam lainnya.