Jakarta (ANTARA) - Obesitas anak adalah masalah kesehatan yang kompleks. Gangguan kesehatan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa terjadi pada anak. Namun anak yang bertubuh tambun kerap dianggap lucu dan menggemaskan. Padahal ada masalah yang cukup serius di baliknya.
Lantas apa batasan seorang anak dianggap obesitas? Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa seorang anak dinilai obesitas ketika berat badannya berada jauh di atas ambang batas normal atau sehat untuk usia dan tinggi badannya. Penyebab kenaikan berat badan berlebih pada anak serupa dengan yang terjadi pada orang dewasa, termasuk perilaku dan genetika.
Baca juga: Makanan siap saji dan olahan tingkatkan obesitas dan kematian
Masalah kelebihan berat badan pada anak-anak pantas untuk mendapat perhatian kita semua karena bilamana dibiarkan maka mereka akan mengalami masa depannya dengan penuh masalah kesehatan.
Dalam jurnal ilmiah yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information dari National Library of Medicine di Amerika Serikat, disebutkan bahwa obesitas pada anak telah mencapai tingkat epidemi di negara maju maupun di negara berkembang. Tak hanya itu, kegemukan dan obesitas pada masa kanak-kanak diketahui memiliki dampak yang signifikan baik terhadap kesehatan fisik, sosial, dan emosional anak, serta harga diri.
Jurnal tersebut menyebutkan bahwa obesitas pada anak juga terkait dengan prestasi akademis yang buruk dan kualitas hidup yang lebih rendah yang dialami oleh anak. Banyak penyakit penyerta seperti gangguan metabolik, kardiovaskular, ortopedi, neurologis, hati, paru, dan ginjal juga terlihat berhubungan dengan obesitas pada masa kanak-kanak.
Baca juga: Cegah obesitas sambil waspadai mitos berdiet
Anak-anak yang kelebihan berat badan dan obesitas cenderung tetap mengalami obesitas hingga dewasa dan lebih mungkin mengembangkan penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular pada usia yang lebih muda.
Dalam jurnal akademis yang dipublikasikan oleh Harvard School of Public Health, disebutkan bahwa secara global, diperkirakan 43 juta anak prasekolah (di bawah usia 5 tahun) mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2010, meningkat 60 persen sejak tahun 1990. Masalah tersebut mempengaruhi negara-negara kaya dan miskin, dan dengan jumlah yang sangat banyak, menempatkan beban terbesar pada yang termiskin.
Dari 43 juta anak prasekolah yang kelebihan berat badan dan obesitas di dunia, 35 juta tinggal di negara berkembang. Pada tahun 2020, jika epidemi saat ini terus berlanjut, 9 persen dari semua anak prasekolah akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, yang diperkirakan akan mencapai 60 juta anak.
Dr Michael Triangto, SpKO, spesialis kedokteran olahraga RS Mitra Kemayoran Jakarta dan Direktur Slim & Health Center Jakarta mengatakan bahwa salah satu ciri obesitas pada anak adalah dengan menemukan warna kehitaman pada sekeliling kulit bagian leher yang dalam istilah medis disebut sebagai Pseudoacanthosis nigricans yang merupakan tanda tingginya kadar hormon Insulin di dalam tubuh yang bersangkutan yang pada akhirnya akan menyebabkan kelelahan dari organ pankreas dan menyebabkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus pada usia muda.
"Munculnya kondisi obesitas pada anak tentunya tidak lepas dari intake makanan yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik yang diakibatkan oleh bertambah banyaknya kegiatan akademis di sekolah maupun yang dilakukan setelah sekolah," ujar Michael dalam keterangannya.
Michael menambahkan minimnya aktivitas gerak pada anak juga didukung dengan maraknya permainan yang melibatkan komputer ataupun televisi yang jelas-jelas sangat menyita waktu saat berada di rumah. Belum lagi kurangnya sarana bermain di luar rumah dengan alasan keamanan akan mendorong orang tua untuk lebih suka bilamana anaknya berada di dalam rumah.
"Yang pada akhirnya menyebabkan anak-anak mereka sangat kurang beraktivitas fisik dan merupakan salah satu sebab terjadinya obesitas pada anak,” kata Michael.
Michael berpendapat bahwa kemajuan jaman seperti memanjakan fisik anak-anak yang seharusnya aktif bergerak. Dia menyebutkan beberapa model permainan yang kini populer di kalangan anak-anak seperti sepatu roda, skuter mainan, berbagai macam varian sepeda serta otoped tidak digunakan secara maksimal untuk mendukung olahraga, namun digunakan untuk memanjakan tubuh yang malas bergerak (misal malas berjalan).
"Misal sepatu roda sering digunakan oleh anak-anak saat berjalan-jalan di mal ataupun pusat perbelanjaan. Akibatnya anak-anak sekarang semakin minim bergerak dan mendorong bertambah banyaknya anak-anak yang akan menjadi obesitas," kata Michael.
Kondisi seperti ini tentunya perlu penanganan yang menyeluruh baik dari pemerintah sampai dengan peran keluarga dalam berusaha untuk mencegah terjadinya obesitas di dalam keluarga dan khususnya pada anak-anak.
Michael kemudian menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dengan anak yang cenderung memiliki berat tubuh di atas angka normal.
"Temukan tanda-tanda Pseudoacanthosis nigricans agar dapat dilakukan pencegahan terjadinya Diabetes Melitus pada usia muda," ujar Michael.
Pseudoacanthosis Nigricans yang merupakan kelainan pada pigmentasi kulit ini ditandai dengan munculnya area seperti beludru berwarna gelap pada lipatan-lipatan di tubuh seperti ketiak, pangkal paha dan leher. Kulit yang terpengaruh seringkali mengalami penebalan.
Michael juga menyebutkan pentingnya peran orang tua dalam menentukan untuk membeli kelengkapan ataupun permainan bagi anak mereka agar dapat memacu anak tersebut untuk lebih banyak beraktivitas fisik.
Perhatian bagi anak tidak selamanya dapat digantikan dengan membelikan makanan dan minuman kesukaan anak mereka dalam jumlah berlebihan karena nilai kesenangan tersebut di kemudian hari dapat berubah menjadi masalah obesitas yang sulit diatasi, ujar Michael.
"Sediakan waktu bagi anak untuk beraktivitas fisik yang cukup agar mereka dapat memaksimalkan kemampuan fisik, mental, spiritual, intelegensi dan juga kepribadian agar mereka dapat menjadi generasi penerus yang sehat dan siap untuk bersaing di dunia," tutup Michael.
Aktif bergerak salah satu cara cegah obesitas anak
Rabu, 28 April 2021 16:51 WIB 811