"Untuk saat ini diutamakan kapal-kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar, memang tidak semua kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar, kapal-kapal yang ini diharapkan dari data awal akan digelar, yang jelas digelar di wilayah-wilayah tersebut," kata Kapuspen TNI Mayor Jenderal TNI Achmad Riad dalam konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat.
Ia mengatakan dari proses pencarian yang dilakukan oleh KRI Rimau yang nantinya akan diperkuat dengan KRI-KRI lain, yang memang bisa mendeteksi di mana titik keberadaan kapalnya.
"Dari. penyisirian secara luas, bisa saja arus bawah laut membawa semuanya. Karena dari pencarian kemarin ini ada KRI Rimau dan nantinya akan diperkuat dengan KRI-KRI lain yang memang bisa mendeteksi dari mana titik-nya. Dan memang kapalnya kan sudah diam tidak ada suara dan hanya sonar yang bisa menangkap," ujarnya.
Baca juga: Pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 masih nihil
Baca juga: Pencarian kapal selam KRI Nanggala-402 masih nihil
Sementara itu, menanggapi terkait dengan kemampuan oksigen dalam kapal yang bertahan 72 jam hingga Sabtu (24/04), Kapuspen mengatakan dalam proses pencarian ini melalui tahapan sublock, submiss dan subsar.
"Saat ini kita masih ada di posisi submiss ya, jadi istilahnya hilang posisinya, karena ini teknis, saya belum tanyakan sampai ke situ ya. Kita upayakan saja dulu, dan tidak bisa memberikan spekulasi terkait itu, dengan batal waktu sampai besok. Dan kita maksimalkan hari ini untuk segera bisa menangkap posisi-posisi," tutur-nya.
Kapuspen mengatakan hingga saat ini sudah ada 21 KRI yang dikerahkan dalam pencarian KRI Nanggala dan empat kapal bantuan dari kepolisian.
Sebelumnya, pada Rabu (21/04) pukul 03.45 Wita KRI Nanggala melaksanakan penyelaman. Kemudian pukul jam 04.00 WITA melaksanakan penggenangan peluncur torpedo nomor 8 dan bukan rudal. Kemudian, itu merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25 WITA saat komandan gugus tugas latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo.