Jakarta (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Cabang Propinsi Sumatera Barat Defriman Djafri mengatakan ada kemungkinan terjadi mutasi virus corona, SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 di Indonesia.
"Mutasi virus corona sangat mungkin terjadi juga di Indonesia, kemungkinan proses mutasi ini banyak faktor yang akan mempengaruhi dan menjadi pertimbangan," kata Defriman yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Selasa (12/1).
Defriman menuturkan mutasi jenis strain baru dari virus corona, SARS-CoV-2, penyebab COVID-19 menjadi ancaman nyata di mana telah dilaporkan di 18 negara, dan lima negara diantaranya terdapat di Asia yang mencakup Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Yordania saat ini.
Baca juga: Tim gabungan TNI AL bawa kotak hitam Sriwijaya Air ke JICT
Pakar epidemiologi itu mengatakan faktor yang paling besar mempengaruhi mutasi virus itu adalah faktor dari inangnya dalam mereplikasi atau berkembang biak. Mutasi virus merupakan suatu proses yang alami.
Mutasi virus itu bisa menyebabkan virus lebih berbahaya atau lebih cepat menular dari yang sebelumnya.
Baca juga: Presiden jalani vaksinasi perdana COVID-19 pada Rabu 13 Januari 2021
Jenis varian baru yang ditemukan di Inggris, B117, ternyata lebih 70 persen lebih menular dari varian yang sebelumnya. Sementara, varian lain, D614G, yang ditemukan di China, juga 10 kali lebih menular, tetapi belum tentu mematikan dibandingkan varian sebelumnya.
Mutasi virus tersebut juga harus menjadi perhatian dalam upaya mengendalikan pandemik COVID-19.
Sebelumnya, Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wien Kusharyoto mengatakan perlu dilakukan pengurutan genom utuh (whole genome sequencing) yang lebih intensif terhadap sampel-sampel pasien COVID-19 serta mereka yang terinfeksi virus di Indonesia.
Pengurutan genom utuh perlu dilaksanakan untuk mengetahui secara pasti apakah varian-varian baru tersebut sudah masuk ke Indonesia atau belum.